REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- PT Kereta Api Indonesia bersama Pemkot Surabaya siap merealisasikan pembangunan proyek angkutan massal cepat (AMC) berupa trem di Kota Pahlawan dalam waktu dekat ini.
"Pemkot nanti yang berkewajiban menyiapkan lahannya, sedangkan kami (PT KAI) yang akan membangun, investasi dan mengoperasikannya," ujar Dirut PT KAI Ignasius Jonan saat ditemui usai pertemuan antara jajaran PT KAI dengan para pejabat Pemkot Surabaya di Balai Kota Surabaya, Kamis.
Menurut dia, PT KAI menyatakan siap mendanai 100 persen pelaksanaan proyek trem dengan jalur rel sepanjang 17 kilometer. Untuk memuluskan pembangunan proyek tersebut, kata dia, dalam waktu dekat PT KAI dan Pemkot Surabaya akan menyiapkan MoU proyek trem. Kendati demikian, Jonan belum bersedia mengungkapkan target penyelesaiannya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyambut gembira tanggapan positif dari PT KAI ini karena kebutuhan akan moda transportasi publik berupa trem dan monorel memang sudah sangat urgen. Dia menjelaskan, awalnya pemkot memperkirakan untuk proyek trem dana yang dibutuhkan bisa mencapai Rp 2,2 triliun. Besarnya biaya dikarenakan meliputi pembangunan infrastruktur seperti pengadaan depo dan sebagainya.
Sementara jika ditangani PT KAI pembiayaan bisa lebih murah lantaran menggunakan beberapa fasilitas dan sarana milik PT KAI. Pembagian tanggung jawab antara pemkot dan PT KAI dipandang sebagai suatu langkah yang saling menguntungkan.
Selama ini, kata dia, biaya pembangunan rel yang dilakukan PT KAI selalu lebih banyak tersedot untuk urusan pembebasan lahan. misalnya yang terjadi di Bandara Kualanamu Medan. Untuk proyek itu, lanjut wali kota, kabarnya menyedot anggaran sekitar Rp1 triliun hanya untuk pembebasan lahan saja.
"Sedangkan kalau di sini pembebasan lahan kan jadi kewenangan pemkot sehingga untuk pembangunan trem saja tidak membutuhkan dana yang melambung dari PT KAI," katanya.
Menurut hitungan Dirut PT KAI, kata dia, proyek trem di Surabaya akan membutuhkan biaya Rp400 miliar. Namun, versi wali kota, anggaran yang dibutuhkan bisa berkisar Rp 600-800 miliar. Risma memprediksi groundbreaking bisa terlaksana satu bulan lagi, sedangkan pembangunan fisik memerlukan waktu lebih kurang satu setengah tahun.
Itu karena gerbong trem didatangkan dari luar negeri. Terkait bahan bakar, sudah disepakati bahwa trem akan menggunakan teknologi baterai. Dengan teknologi tersebut, trem dapat melaju rata-rata 30 km/jam. "Kami juga gerak cepat menyiapkan segala sesuatunya, supaya proyek trem ini berjalan dengan lancar," katanya.