REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL-- Jarak percikan lava pijar yang dilontarkan Gunung Slamet, makin jauh. Dalam aktivitas vulkanik Rabu (10/9), lontaran lava pijar dari puncak gunung ini mulai menjangkau area padang savana yang ada di perbatasan antara areal vegetasi dan non vegetasi di puncak Slamet. Akibatnya, padang savana yang didominasi tanaman perdu seperti edelwise menjadi terbakar.
Kawasan hutan perdu yang terbakar akibat aktivitas Slamet ini, terjadi di area 2 km dari puncak pada jalur pendakian dari obyek wisata Guci, Bumijawa, Kabupaten Tegal. Humas SAR Kabupaten Tegal, Arif, menyatakan area yang terbakar di sekitar pos 5 jalur pendakian.
''Tanaman perdu yang ada di kawasan ini, ada yang terbakar akibat lontaran lava,'' jelasnya, Kamis (11/9).
Pada Rabu malam, Arif mengaku sempat melihat ada berapa titik api yang muncul. Bahkan api sempat meluas ke pos 4 yang berada di areal sekitar 3-4 km dari puncak. Namun menjelang dinihari, api terlihat mulai mengecil. ''Mudah-mudahan saja api tidak semakin meluas. Kita tidak bisa melihat kondisinya pada siang hari begini, sementara untuk memanjat kita tidak mungkin melampaui radius 4 km dari puncak,'' jelasnya.
Dia menyebutkan, untuk mengatisipasi kejadian-kejadian luar biasa akibat aktivitas Gunung Slamet, Tim SAR Kabupaten Tegal menerjunkan 10 personil yang melakuka patroli bergantian di lereng Slamet wilayah Tegal. Selain lontaran lava yang semakin jauh, sepanjang Rabu (10/9) malam, warga yang tinggal di lereng Gunung Slamet juga dicemaskan dengan suara dentuman dan gemuruh yang makin keras.
Bahkan suara dentuman tersebut, terdengar cukup keras hingga radius lebih dari 10 km hingga menggetarkan kaca-kaca rumah warga. Arbi (38 tahun), seorang warga Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, Arbi (31), mengaku sepanjang Rabu malam tidak bisa tidur nyenyak karena suara dari puncak Slamet yang cukup keras.