Rabu 10 Sep 2014 12:52 WIB

Pembatasan BBM Pengaruhi Pasokan Telur Ayam di Jakarta

Harga Telur Ayam
Foto: Antara
Harga Telur Ayam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembatasan distribusi bahan bakar minyak di Pulau Jawa mempengaruhi pasokan telur ayam di Jakarta yang terus berkurang karena truk angkutan telur harus antri lama di SPBU sehingga pengiriman telur lebih lama.

"Pembatasan BBM ini sangat mempengaruhi pasokan telur, karena biasanya pasokan dari Jawa bisa ditempuh selama satu hari menjadi dua hingga tiga hari," kata Indah Riana, seorang petugas perusahaan pemasok telur PT Dian Aryo Shandika di Jakarta, Rabu (10/9).

Dikatakan, PT Dian Aryo Shandika merupakan satu-satu perusahaan pemasok telur untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi telur masyarakat Jakarta dan hanya mengandalkan pasokan telur dari peternak di Blitar, Kediri, Bayuwangi dan daerah penghasil telur lainnya di Pulau Jawa.

"Biasanya, kami mendapatkan pasokan telur dari Jawa sebanyak 15 ton per hari, namun semenjak diberlakukan pembatasan BBM ini hanya bisa mendapatkan pasokan lima ton telur per hari," ujarnya.

Meski pasokan telur berkurang, kata dia, namun belum mempengaruhi harga telur yang masih stabil, karena stok yang ada masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Selain itu, untuk mensiasati stok telur tetap aman, pihaknya melakukan pemesanan telur jauh-jauh hari, sehingga pembatasan BBM tidak memutus pasokan dari luar daerah.

Saat ini, harga telur di tingkat agen masih bertahan normal Rp17.400 per kilogram, agen eceran Rp18 ribu per kilogram dan pedagang eceran Rp21 ribu per kilogram.

"Jika naikan harga telur tentu akan membebani ekonomi masyarakat, apalagi pembatasan BBM ini telah berdampak terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok sepeti sayur mayur, daging, beras dan kebutuhan lainnya," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya berupaya menjadikan telur sebagai kebutuhan warga yang berkualitas, murah dan sehat. Telur berkualitas berukuran agak kecil dan dihasilkan ayam berumur remaja, sementara telur yang kurang berkualitas berukuran besar dan dihasilkan ayam yang sudah tua atau afkir.

"Kita tidak mau mencari telur yang murah tetapi kualitasnya tidak bagus yang akan merugikan masyarakat," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement