Jumat 01 Feb 2019 16:16 WIB

Mekanisme Pasar Jadi Acuan Harga Telur di Tasikmalaya

Pengecer menjual kepada konsumen akhir dengan harga Rp 23 ribu.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Friska Yolanda
Pekerja memberi pakan kepada ayam petelur di Kampung Cicariang, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (30/7). Meski harga telur ayam di pasaran naik hingga Rp23.000 per kilogram, namun sejumlah peternak ayam petelur menyatakan tidak merasakan keuntungan karena harga pakan naik dari Rp5.100 menjadi Rp5.600 per kilogram, disertai menurunnya produksi telur ayam akibat perubahan iklim.
Foto: Adeng Bustomi/Antara
Pekerja memberi pakan kepada ayam petelur di Kampung Cicariang, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (30/7). Meski harga telur ayam di pasaran naik hingga Rp23.000 per kilogram, namun sejumlah peternak ayam petelur menyatakan tidak merasakan keuntungan karena harga pakan naik dari Rp5.100 menjadi Rp5.600 per kilogram, disertai menurunnya produksi telur ayam akibat perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kementerian Perdagangan Republik Indonesia melakukan perubahan harga acuan telur. Namun, hal ini tidak berpengaruh signifikan terharap harga telur di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Peternak Ayam Petelur di Tasikmalaya, Nandang Suryana mengatakan, harga telur memang selalu mengalami fluktuasi. “Namun fluktuasi itu lebih dipengaruhi oleh mekanisme pasar,” kata Nandang, Jumat (1/2).

Saat ini, ia menjual telur kepada pengecer dengan harga Rp 21 ribu. Biasanya, lanjut dia, pengecer menjual kepada konsumen akhir dengan harga Rp 23 ribu. Beberapa pekan sebelumnya, ia juga memasarkan dengan harga sekitar Rp 21 ribu dan hanya mengalami fluktuasi sekitar Rp 1.000 hingga Rp 2.000 saja.

Ia pun mengaku, kebutuhan pasar akan telur relatif stabil meski harga berfluktuasi. Terlebih, ia telah memiliki pelanggan tetap yang selalu membeli dengan jumlah yang sama setiap harinya.

Baca juga, Asosiasi Pertanyakan Efektivitas Kenaikan Harga Acuan Telur

“Rata-rata, dalam sehari saya menjual sebanyak 400 kilogram telur,” ujarnya. Ia menilai, meski harga berfluktuasi, namun penjualan tetap stabil karena telur merupakan kebutuhan pokok baik bagi masyarakat maupun bagi beberapa dunia industri kuliner.

Menurutnya, salah satu elemen yang menentukan harga jual telur adalah pakan. Ia mengaku, memang beberapa waktu terakhir ini telah terjadi kenaikan harga pakan secara bertahap terutama pada pakan jadi.

Awalnya, harga pakan jadi cenderung stabil pada level Rp 5.200 per kilogram. Kemudian, lanjutnya, harga pakan terus melonjak secara bertahap. “Saat ini, harga pakan jadi sekitar Rp 5.800 per kilogram,” ucapnya.

Ia mengaku, untuk memenuhi kebutuhan pakan ayam yang total berjumlah 7.000 ekor, ia membutuhkan  pakan sebanyak 800 kilogram dalam satu hari. Nandang pun menilai, perubahan harga acuan yang ditentukan oleh pemerintah termasuk wajar mengingat penyesuaian harga harus dilakukan berdasar perubahan harga pakan.

Meskipun, ia menekankan, dirinya mematok harga murni berdasar pada besaran biaya produksi dan mekanisme pasar yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement