REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Enam belas waduk besar yang ada di Indonesia berada dalam kondisi normal. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum, Mudjiadi mengatakan berdasarkan monitoring yang dilakukan oleh KemenPU, waduk-waduk besar yang digunakan untuk keperluan irigasi dan air baku berada dalam keadaan normal. Jika ada penurunan tinggi muka air, kata Mudjiadi, hal tersebut wajar karena September merupakan puncak musim kemarau.
Meski demikian, ia mengakui bahwa ada beberapa waduk kecil di Jawa Tengah yang mengalami kerusakan. "Tapi dari 16 waduk besar semua normal termasuk waduk Jatiluhur," kata Mudjiadi saat dihubungi Republika pada Senin (8/9).
Mudji menjelaskan, air yang digunakan untuk mengairi saluran irigasi berasal dari dua sumber. Pertama, dari waduk dan kedua dari aliran sungai. Untuk irigasi yang mengandalkan air waduk, lanjut Mudji, pasokan air aman. Sementara yang selama ini bermasalah adalah irigasi yang bersumber dari air sungai. Karena otomatis jika musim kemarau debit air menipis.
Setiap tahun Kemen PU mengalokasikan dana sebesar Rp 400 ribu per hektar untuk perawatan irigasi. Pada 2014, luasan irigasi yang menjadi tanggung jawab Kemen PU sebesar 2,3 juta hektar. Perawatan irigasi, imbuh Mudji, dilakukan setiap bulan September. "Dengan demikian jika hujan turun pada Oktober maka irigasi sudah siap digunakan kembali," tegasnya.
Menanggapi kurangnya pasokan air yang terjadi di beberapa daerah, Mudji menambahkan pada bulan September memang tidak dijadwalkan menanam padai karena memasuki puncak musim kemarau. "Petani yang menanam padi pada bulan ini tidak mengikuti anjuran PPL untuk tidak menanam padi," ujar Mudji. Para petani, imbuhnya, mungkin beranggapan akan ada air yang cukup atau hujan turun lebih awal sehingga berani berspekulasi menanam padi.