REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia Ospek Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya menjelaskan maksud di balik pengambilan tema 'Tuhan Membusuk'. Mereka menilai banyak yang menyalahartikan tema tersebut sebagai penghinaan terhadap Tuhan.
Penanggung jawab kegiatan Mas'odi mengatakan, kata 'TUHAN MEMBUSUK' yang dimaksud dalam spanduk bukan ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi 'Tuhan' yang berada dalam diri manusia yang membuatnya merasa lebih baik dari yang lain sehingga memunculkan kesombongan.
"Sebenarnya TUHAN MEMBUSUK itu huruf 't' kecil yang artinya manusia itu sendiri yang selalu mengatasnamakan Tuhan, hanya memang karena ditulis dalam huruf kapital semua," Kepala Departemen Kebijakan Kampus Dewan Mahasiswa Fakultas Usuluddin dan Filsafat itu kepada ROL, Selasa (2/9).
Dia menjelaskan, dalam realitas yang terjadi di Indonesia saat ini, banyak yang mengatasnamakan Tuhan tetapi di sisi lain justru menjadi makhluk yang mengingkari sifat-sifat Tuhan itu sendiri. Misalnya, kata dia, tidak sedikit politisi di negeri ini yang selalu 'membawa' Tuhan kemana-mana tak terkecuali saat kampanye.
Tetapi justru menipu dan merugikan publik dengan menjadi koruptor ketika menjabat sebagai wakil rakyat. Menurutnya, realita itulah yang melatarbelakangi panitia untuk mengambil tema tersebut.
Hal itu dimaksudkan agar mahasiswa baru tidak mempunyai mental seperti itu atau bahkan masuk dalam pehamanan radikal terhadap ajaran agama Islam. "Maka di belakang itu ada kalimat 'Rekonstruksi Fundamentalisme Menuju Islam Kosmopolitan' yang melengkapi kata sebelumnya," kilahnya.
Seperti diketahui, Ospek mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya menuai kontroversi. Itu lantaran tema yang diangkat panitia adalah 'TUHAN MEMBUSUK: Rekonstruksi Fundamentalisme Menuju Islam Kosmopolitan' yang berlangsung pada 28-30 Agustus 2014.