REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah menilai terdapat pandangan yang salah di mata publik perihal kelanjutan kiprah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah mengakhiri jabatannya 20 Oktober 2014.
Isu yang berkembang di masyarakat adalah Presiden memiliki keinginan untuk menjadi Sekjen PBB. "Tidak benar seperti itu," ujar Faiz, sapaan akrabnya, kepada wartawan saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (1/9).
Menurut Faiz, Presiden memperoleh tawaran untuk berkontribusi dalam percaturan global pascabertemu dengan Sekjen PBB Ban Ki Moon di Nusa Dua, Bali, tengah pekan silam. Kontribusi itu tidak hanya melalui PBB, melainkan juga lembaga-lembaga global di bidang lingkungan, penanganan konflik dan bidang-bidang lainya.
"Mereka berharap kontribusi nyata, apakah secara struktural, formal atau menjadi katakanlah patron di salah satu institusi internasional seperti insiatif di bidang lingkungan, di penanganan konflik," kata Faiz.
Faiz menyebut tawaran maupun undangan dari lembaga-lembaga tersebut terus mengalir. Namun begitu, Faiz enggan mengungkapkan nama-nama lembaga yang dimaksud. "Tentunya semua itu akan kita kompilasi dan sampaikan ke Presiden, kira-kira beliau akan tertarik yang mana. Nanti, bapak sendiri yang memutuskan. Karena ini juga menyangkut komitmen jangka panjang. Ada sisi pengaturan waktu, jadwal. Walau tidak lagi jadi Presiden, intinya tetap akan sibuk," ujar Faiz.
Dukungan agar Presiden terus berkiprah di kancah global juga disampaikan oleh mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda. "Dia (Fukuda) mengharapkan kontribusi positif dari Pak SBY ke depan dalam konteks hubungan bilateral, kawasan maupun juga masalah internasional bisa terus dilakukan sebagai kapasitas pribadi tentunya," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Mahendra Siregar. Faiz menyebut kiprah Fukuda yang tetap eksis meski tidak menjabat sebagai perdana menteri dapat pula dilakoni SBY.
"Iya, seperti itu. Datang ke sana (Jepang), berbicara mengenai perspektif beliau masalah-masalah kawasan, masalah-masalah hubungan bilateral. Dengan demikian, sebagai orang yang dinilai cakap, sangat memahami perkembangan Indonesia dan perkembangan hubungan bilateral, dan kawasan, tentunya pemikiran-pemikiran beliau akan sangat dihargai," kata Faiz.
Masa jabatan kedua SBY akan berakhir 20 Oktober 2014. Setelah itu, jabatan presiden dalam lima tahun ke depan akan dijalankan oleh Joko Widodo yang terpilih dalam Pemilihan Umum Presiden 2014.