REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA, BALI -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon menyambut baik gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza pada Selasa (26/8) untuk membuka jalan perdamaian setelah konflik yang berlangsung selama 50 hari.
"Setiap pelanggaran bisa benar-benar tidak bertanggung jawab. Masyarakat sipil dari kedua sisi, Palestina dan Israel, membutuhkan kesempatan ini untuk melanjutkan kehidupan mereka tanpa rasa takut," kata Ban Ki-moon dalam pembukaan Forum Global ke-6 Aliansi Peradaban Perserikatan Bangsa-Bangsa di Nusa Dua Bali, Jumat (29/8).
Gencatan Senjata itu, lanjut Ban Ki-moon, juga berarti penting untuk memfasilitasi upaya bantuan dan pemulihan kemanusiaan setiap orang berdaulat di Gaza.
Sekjen PBB juga menekankan tindakan "pencekikan" Gaza oleh Israel yang telah berlangsung dengan pendudukan selama setengah abad harus berakhir. "Saya tetap berharap bahwa perpanjangan gencatan senjata ini akan membuka jalan bagi proses politik yang menjadi satu-satunya jalan untuk mencapai perdamaian abadi," katanya.
Sebelumnya, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan PBB siap mendukung upaya untuk mengatasi "faktor-faktor struktural konflik" antara Israel dan Gaza.
Poin-Poin gencatan senjata antara Hamas di Gaza Palestina dan Israel antara lain Hamas dan kelompok-kelompok lain di Gaza sepakat untuk untuk menghentikan serangan rudal ke wilayah Israel. Kemudian, Israel menghentikan semua aksi militer, termasuk serangan darat dan udara.
Israel sepakat untuk membuka jalur perbatasan dengan Gaza untuk memperlancar pengiriman barang-barang, bantuan kemanusiaan, bahan-bahan bangunan. Ini juga merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata pada 2012 yang tidak pernah terimplementasi.