Jumat 29 Aug 2014 11:45 WIB

Kisah Suhardi dan Pakaian Putih Lusuh

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Joko Sadewo
Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi, bersama Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi, bersama Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy terkejut mendengar kabar tentang Suhardi, Kamis (28/8) malam. Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu menghembuskan napas terakhirnya saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.

Terkenang kembali di benak Romahurmuziy akan sosok Suhardi. Politisi yang akrab dipanggil Romy itu mengigat masa-masa kampanye Pemilu Presiden/Wakil Presiden. Sekitar awal Ramadhan, Romy ikut mendampingi cawapres dari koalisi Merah Putih Hatta Rajasa kampanye ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Dengan terengah-engah sosok bersahaja itu turun dari ojek yang mengantarkannya dari terminal bus Kampung Rambutan ke Bandara Halim Perdanakusum," kata Romy. Ia memang mengetahui sosok yang dipanggilnya Pak Hardi itu masuk dalam daftar rombongan kampanye. Padahal sebelumnya, Romy ingat Suhardi baru saja ikut kampanye di Jawa Tengah.

Romy menilai kala itu kereta api tujuan Jakarta penuh karena banyaknya orang yang kembali dari ziarah makam. Suhardi pun harus datang ke Jakarta menggunakan bus malam. Naik-turun. Tiba di Purwokerto berlanjut ke Cirebon. Muncul tanda tanya saat Romy melihat pakaian sang profesor kehutanan itu. "Melihat pakaian putih beliau yang lusuh, saya tanyakan, Pak Hardi kok seperti kehujanan?," kata Romy.

"Betul mas, dua kali nyegat bus di Tegal," jawab Suhardi kala itu. Itulah salah satu kenangan Romy akan Pak Hardi. Ia mengatakan, mantan Dekan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu merupakan sosok yang bersahaja, rendah hati, pekerja keras, dan egaliter.

Posisi Suhardi adalah ketua umum partai. Namun Romy melihat ayah tiga orang anak itu hampir selalu bepergian tanpa ajudan. Meskipun statusnya guru besar, menurut Romy, Suhardi pun tak segan untuk bertanya. "Dengan mudah menanyakan kepada kita-kita atas apa yang beliau tidak tahu," ujarnya.

Romy sangat terkesan dengan Pak Hardi. Ia mengatakan, keteguhan Suhardi yang memberikan sumbangsih bagi soliditas koalisi Merah Putih. Ia pun mengingat bagaimana Suhardi memaparkan filosofi Jawa dengan fasih mengenai delapan keteladanan saat berkampanye di Solo. Bagi dia, itu menggambarkan luasanya wawasan figur Pak Hardi. "Kini sosok pendiam yang teguh pendirian itu telah tiada. Namun,kebersahajaannya yang semakin langka dari wajah politik nasional, akan terus bernilai," kata Romy.

n Irfan Fitrat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement