REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Divisi Monitoring Pelayanan publik ICW, Siti Juliantari mengatakan kurikulum 2013 menunjukan tanda-tanda kegagalan. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan temuan ICW di lapangan, ICW melihat belum tersedianya buku pelajaran bagi pelajar SD dan SMP khususnya di Jakarta.
ICW menilai indikator keberhasilan kurikulum dapat dilihat dari ketersedian buku pelajaran disetiap sekolah dan pelatihan guru yang memadai sehingga guru memahami konsep kurikulum dengan baik.
"Ini semacam bentuk kelalaian pemerintah dalam menunaikan kewajibannya untuk menyediakan pendidikan bermutu bagi murid dan guru," ujar Siti Juliantari kepada Republika Kamis (28/8).
Ia menjelaskan, kegagalan kurikulum ini juga berdampak pada pemborosan anggaran pendidikan. ICW sendiri belum bisa memastikan angka pemborosan dari kegagalan kurikulum ini, namun ia mengatakan anggaran pendidikan yang ada saat ini sebesar Rp 2,1 triliun.
Menanggapi temuan ini, ICW sudah melakukan beberapa kali upaya untuk mengadakan dialog dan diskusi dengan pihak kemendikbud. Namun upaya tersebut selalu mengalami penolakan dan belum terdapat titik temu serta solusi yang terbaik untuk pendidikan Indonesia.
Dalam konfrensi pers yang diadakan hari ini, ICW merekomendasikan agar Kemendikbud menghentikan kurikulum 2013 dan kembali ke kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).