REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Air sungai Citarum mulai menyusut karena memasuki musim kemarau sehingga para petani di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mulai terancam kekeringan.
Uja, salah seorang petani di Desa Bojong Emas Rancakasumba Kabupaten Bandung, kepada wartawan di Bandung, Rabu, mengatakan akibat Sungai Citarum menyusut para petani di Kabupaten Bandung khawatir mengalami gagal panen.
Ia menuturkan, air Citarum merupakan sumber utama lahan pertanian di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung, meski bercampur limbah pabrik tekstil tetap dimanfaatkan oleh petani setempat.
Kini, sekitar tiga pekan airnya terus berkurang, kata dia, sehingga rawan gagal panen, harapanya ada bantuan pompaniasai dari pemerintah setempat untuk mengatasi ancaman kekeringan tersebut.
Sementara itu, Kohar petani lainnya mengaku bahwa pasokan air Citarum semakin berkurang karena memasuki musim kemarau debit air terus menyusut, khawatir petani di Kecamatan Majalaya, Rancakasumba, Tegal Luar, mengalami kekeringan.
Biasanya debit air Sungai Citarum masih bisa digunakan, tapi kini baru memasuki musim kemarau satu bulan terakhir, airnya sudah menyusut, katanya dan menambahkan bahwa hal itu disebabkan rusaknya kawasan hutan di hulu.
Sementara itu, Agus Deni, Ketua Yayasan Komunitas Pencinta Alam Bandung menuturkan hulu Ciatrum mulai rusak sehingga musim kemarau, debit airnya berkurang, tetapi sebaliknya musim hujan rawan banjir.
Ia mengimbau pemerintah setempat membenahi kawasan hutan di sekitar, agar resapan air masih dapat membantu warga apabila air Sungai Citarum mulai menyusut, karena air sangat dibutuhkan oleh warga. Untuk itu, kawasan hulu dan hilir selalu dijaga supaya lestari, katanya.