REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengusaha roti di Kabupaten Bandung, Jabar, mengeluhkan kelangkaan dan batasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) di SPBU karena telah menimbulkan kerugian materi dan waktu akibat terganggunya pendistribusian dan pemasaran roti ke pasaran.
"Dari kemarin (Senin) BBM habis, jelas sangat mengganggu karena pemasaran jadi terhambat," kata Taufik Hidayat pemilik usaha pembuatan roti manis di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Selasa.
Ia menuturkan, roti yang diproduksinya itu setiap hari mendistibusikan ke seluruh daerah kota/kabupaten di Jabar menggunakan kendaraan angkutan barang milik perusahaan.
Sejak terjadi kelangkaan dan dibatasi pembelian premium maupun solar, kata Taufik, waktu pendistribusian menjadi tersita karena harus antre di SPBU dengan batasan pembelian diperbolehkan maksimal Rp100 ribu.
"Kalau ada batasan tentu harus bulak balik beli bahan bakar ke SPBU, jadi menyita waktu, ditambah di jalanan macet, bahan bakar kosong," katanya.
Menurut dia, jika pemerintah terus membatasi pasokan BBM, maka akan berdampak berhentinya produksi roti dan banyak pekerja yang akan menganggur.
"Perusahaan bisa libur, soalnya barang-barangnya tidak kejual, jadi karyawannya nganggur," katanya.
Kelangkaan BBM itu, kata Taufik, terjadi di kawasan Jalan raya Rancaekek-Cileunyi di SPBU Dangdeur dan SPBU Al-Masoem, Bandung.
Antrean kendaraan di dua SPBU itu cukup panjang dengan waktu menunggu giliran mendapatkan BBM kurang lebih satu jam.
Taufik berharap, pemerintah secepatnya mengatasi persoalan BBM agar kembali normal, tidak terjadi antrean di SPBU.
"Harapan saya ingin stabil bahan bakar di SPBU, agar lancar semuanya, usaha tidak terganggu, tidak buang-buang waktu di SPBU," katanya.