Senin 25 Aug 2014 12:23 WIB

Wamenhan: Seni Perang Sun-Tzu Aplikatif di Indonesia

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Syafrie Syamsuddin
Foto: Antara
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Syafrie Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, QINGDAO --  Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan seni perang filsuf dan ahli militer Tiongkok Sun Tzu sangat aplikatif di Indonesia baik di bidang militer maupun bidang lainnya termasuk di ranah bisnis dan ekonomi.

"Sun Tzu sangat aplikatif di Indonesia, karena Indonesia dan Tiongkok memiliki kesamaan dan korelasi budaya yang sangat kuat," katanya, dalam paparannya pada simposium internasional ke-9 seni perang Sun Tzu di Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, Senin.

Sjafrie mengemukakan meski tidak secara terbuka diungkapkan umumnya para pemimpin militer Indonesia, melalui doktrin teritorialnya telah menerapkan strategi Sun Tzu, termasuk dalam kegiatan intelijen penggalangan "to win the hearts and minds of the people".

Ia menuturkan pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia 1947-1949, para pejuang Indonesia telah melakukan taktik gerilya melawan kekuatan kolonial Belanda, seperti yang dilakukan tokoh termuka perang gerilya Indonesia Panglima Besar Sudirman.

"Bagi Panglima Besar Sudirman rakyat dan tentara itu bagi air dan ikan yang tidak dapat dipisahkan. Rakyat telah menjadi pelindung sekaligus mata telinga para pejuang saat bergerilya di hutan dan perkampungan. Strategi gerilya Panglima Besar Sudirman tersebut menunjukkan suatu justifikasi penerapan teori Sun Tzu di lingkungan militer Indonesia pada awal kemerdekaan hingga masa demokrasi kini," kata Sjafrie.

Pada era 1970-an, meski belum masuk pada kurikulum resmi pendidikan militer di Indonesia namun teori Sun Tzu telah diterapkan dalam pembinaan satuan. "Baru pada 2009 teori Sun Tzu mulai diajarkan sebagai referensi kurikulum strategis di Universitas Pertahanan Indonesia, dan pada 2013 teori Sun Tzu mulai diperkenalkan kepada siswa Sekolah Staf dan Komando angkatan," tuturnya.

Sjafrie mencontohkan salah satu teori Sun Tzu yang diterapkan militer Indonesia antara lain memenangkan hati dan pikiran rakyat di suatu wilayah dalam pelaksanaan pembinaan teritorial.

"Pembinaan teritorial juga menunjukkan justifikasi terhadap aplikasi teori Sun Tzu 'A Great General Without Battle'," katanya.

Wamenhan menambahkan teori Sun Tzu juga diterapkan pada penyelesaian konflik di Aceh. "TNI yang semula berperang melawan separatis, dengan adanya bencana tsunami TNI berbalik menolong, hingga akhirnya kelompok separatis menyerah dan kami berhasil menyelesaikan konflik melalui perundingan damai," ujar Sjafrie.

Di bidang bisnis, semisal dalam merebut pasar domestik untuk produk batik, kerajinan tangan unggulan serta kuliner nusantara yang harganya relatif mahal. "Kita harus bisa merebut pasar domestik tanpa merusak pasar tersebut. Kita bisa menguasai pasar domestik untuk produk unggulan yang mahal ditengah gempuran barang impor yang lebih murah," tutur Sjafrie.

"Intinya teori Sun Tzu memberikan implikasi positif yang besar terhadap aspek politik, ekonomi dan pertahanan," demikian dia menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement