Ahad 24 Aug 2014 04:37 WIB

Kembangkan Seni Pertunjukan, Yogyakarta Siapkan Art Point

Seni Pertunjukan
Foto: Antara
Seni Pertunjukan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta berencana menyiapkan sejumlah "art point" atau pusat-pusat pertunjukan seni dan budaya yang tersebar di sejumlah lokasi sebagai upaya pengembangan seni dan budaya di masyarakat.

"Pelaksanaannya menggunakan dana keistimewaan. Diharapkan bisa dilakukan tahun ini dan diteruskan tahun berikutnya," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharso di Yogyakarta, Sabtu Malam. Menurut dia, "art point" tersebut rencananya dibuka di empat lokasi yaitu di kawasan Mangkubumi, sekitar Kepatihan atau Malioboro, Sewandanan Pakualaman, dan di kawasan Kotagede.

Eko mengatakan, selain untuk pelatihan seni dan budaya, "art point" tersebut juga akan menggelar pementasan seni dan budaya secara rutin seperti setiap akhir pekan. "Pengisi acara adalah kelompok atau komunitas seni dan budaya yang ada di wilayah," katanya.

Selain "art point", Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta juga akan membangun tobong ketoprak yang bisa dipindah-pindahkan ke berbagai lokasi, namun lokasi utamanya berada di pasar seni dan kerajinan "XT-Square". "Pembangunan tobong ketoprak tersebut juga memanfaatkan dana keistimewaan. Pekerjaannya dilakukan tahun ini," katanya.

Selain itu, lanjut Eko, sejumlah kawasan budaya yang ada di Kota Yogyakarta seperti Kotabaru, Malioboro, Kraton, Pakualaman, dan Kotagede juga memerlukan perhatian yang sangat serius. "Pengembangan kawasan ini harus dilakukan, seperti kondisi bangunan-bangunan warisan budaya yang perlu dikembalikan ke bentuk aslinya. Jika bangunan itu menjadi sasaran vandalisme, maka kami siap membersihkannya," katanya.

Namun demikian, Eko menegaskan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk pelestarian dan pengembangan budaya tersebut harus didukung oleh publikasi yang luas ke masyarakat. "Perlu ada publikasi yang besar sehingga masyarakat tahu, bahkan diharapkan bisa mendatangkan wisatawan. Biaya publikasi mungkin akan cukup besar, namun hal itu perlu dilakukan," kata Eko.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement