Jumat 22 Aug 2014 20:11 WIB

Di Pantura, Pembatasan BBM Bersubsidi Berefek Antrian Panjang

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agung Sasongko
Pembatasan BBM Bersubsidi
Foto: Antara
Pembatasan BBM Bersubsidi

REPUBLIKA.CO.ID,  INDRAMAYU -- Pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, membuat warga kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk kendaraan mereka. Antrian panjang pun terjadi di sejumlah SPBU yang masih menyediakan BBM bersubsidi.

Antrian panjang kendaraan itu seperti yang terjadi di SPBU di Tegalurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Ratusan kendaraan sepeda motor dan mobil mengantri panjang hingga satu kilometer.  Bahkan, antrian itu menutup sebagian jalan utama Indramayu -  Cirebon di depan SPBU Tegalurung. Para pengguna kendaraan bahkan harus rela antri berjam-jam demi mendapatkan premium bersubsidi.

Hal serupa juga terjadi di SPBU Jalan Jendral Sudirman di wilayah Indramayu kota. Akibat banyaknya pengendara yang hendak membeli BBM bersubsidi, pihak pengelola SPBU terpaksa membatasi pembelian BBM untuk setiap pengendara. Untuk sepeda motor, maksimal hanya bisa membeli premium bersubsidi sebanyak Rp 25 ribu. Sedangkan bagi pengendara mobil, hanya dapat mengisi premium bersubsidi senilai Rp 200 ribu.

Antrian panjang kendaraan maupun pembatasan pembelian BBM itu terjadi akibat sejumlah SPBU lainnya tutup karena kehabisan stok. Hal itu seperti yang terjadi di SPBU Lombang, Karangampel, Krangkeng serta beberapa SPBU di jalur pantura Indramayu.

''Kebijakan macam apa ini, menyengsarakan rakyat. Mau isi bensin saja susahnya minta ampun,'' keluh seorang pengendara sepeda motor, Alif, Jumat (22/8).

Hal senada diungkapkan seorang pengendara mobil, Haikal. Dia mengaku, sudah berkeliling ke sejumlah SPBU untuk mencari premium, tapi tidak berhasil mendapatkannya.''Mobil saya sudah kehabisan bensin dari kemarin malam,'' keluh Haikal.

Sementara itu, seorang pengelola SPBU, Abdul Gani menjelaskan, pembatasan pasokan BBM bersubsidi itu terjadi sejak tiga hari terakhir dan akan berlangsung hingga Desember mendatang. ''Kami juga rugi. Biasanya sehari bisa dipasok 15 kiloliter, saat hanya delapan kiloliter,'' tandas Abdul Gani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement