REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meyakini di abad 21 ukuran kemajuan Indonesia bukan dari banyaknya jumlah konglomerat, tetapi dari jumlah kelas menengah.
"Kalau jumlah kelas menengah terus membesar, berarti kemiskinan otomatis menurun, karena yang masuk menjadi kelas menengah adalah dari golongan miskin yang berhasil mengubah nasibnya - buruh tani yang menjadi pemilik lahan; karyawan yang menjadi manajemen; si miskin yang menjadi pengu-saha, dosen atau pejabat," katanya saat memberikan pidato kenegaraan di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jumat (15/8).
Ia juga menyakini efektivitas pembangunan nasional tidak semata-mata diukur dari pengentasan kemiskinan. Ukuran yang tak kalah penting adalah pertumbuhan kelas menengah.
"Pemerintah selama ini punya tujuan ganda yakni menurunkan secara sistematis dan signifikan angka kemiskinan, dan bersamaan dengan itu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kelas menengah," katanya.