Jumat 15 Aug 2014 10:20 WIB

Penilaian SBY Soal Demokrasi dan Pemilu 2014

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato kenegaraan jelang peringatan kemerdekaan RI ke-67, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (16/8).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato kenegaraan jelang peringatan kemerdekaan RI ke-67, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (16/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai transisi demokrasi di Indonesia meski penuh risiko dan tantangan, tetapi berjalan relatif baik.

Hal ini ditandai oleh pencapaian 15 tahun terakhir saat empat pemilu berlangsung dan berjalan secara damai. Begitu pula ketika pergantian pemerintahan berlangsung secara konstitusional dan damai.

Pemilu 2014 menjadi hal yang ikut disoroti Presiden SBY. Karena di tahun ini, Indonesia menggelar pemilu keempat sejak era reformasi. Pada 9 April lebih dari 139 juta rakyat berbondong-bondong memilih para wakil rakyat. Pada 9 Juli, 135 juta orang menentukan pilihan untuk dua capres.

KPU telah menetapkan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai capres dan cawapres dengan suara terbanyak. Tetapi, Indonesia masih harus menunggu hasil akhir gugatan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa di Mahkamah Konstitusi.

"Yang penting, marilah kita semua bekerja sama untuk kawal proses ini agar berlangsung konstitusional dan damai dan selalu kedepankan kepentingan rakyat Indonesia," katanya dalam pidato kenegaraan di Gedung DPR/MPR/DPD Jakarta, Jumat (15/8).

Ia pun mengharapkan proses pemilu harus benar-benar menyuarakan nurani rakyat bukan pertarungan elit politik. Sebab, politik yang stabil yang dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, persatuan kokoh bisa menjadi modal besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement