Senin 11 Aug 2014 20:12 WIB

Bupati Banyuwangi: Pengembangan Wisata Jadi Simpul Pembangunan Sektor Lainnya

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menerima penghargaan dari Presiden EAROPH Hermanto Dardak, Senin (11/8).
Foto: Istimewa
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menerima penghargaan dari Presiden EAROPH Hermanto Dardak, Senin (11/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan wisata tidak hanya soal urusan mendatangkan wisatawan untuk meraih manfaat ekonomi. Menurut Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, pengembangan wisata juga menjadi simpul untuk pembangunan berbagai sektor lainnya.

Menurut Azwar Anas, terdapat lima hal besar yang bersumber pada pengembangan wisata. Pertama, konsolidasi infrastruktur. Setiap pengembangan destinasi wisata bisa dipastikan harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur. Baik jalan, jembatan, kelistrikan, teknologi, maupun air di sekitar destinasi.

Dia lantas mencontohan, ajang Banyuwangi International Tour de Ijen diikuti dengan perbaikan 600 kilometer jalan. Pengembangan destinasi Pantai Pulau Merah juga diikuti perbaikan jalan ke lokasi. "Tapi ada beberapa destinasi yang infrastrukturnya tetap apa adanya, ada yang jalannya tetap tanah di tengah hutan karena memang konsepnya adventure," ujar Anas di sela ajang Eastern Regional Organisation for Planning and Human Settlements (EAROPH) Congress di Jakarta, Senin (11/8/2014). Sejumlah kepala daerah, baik dari dalam maupun luar negeri, tampil di kongres tersebut untuk berbagi pengalaman membangun daerah.

Kedua, sambung Anas, adalah konsolidasi budaya. Dia mencontohkan bagaimana Banyuwangi menumbuhkan rasa bangga warga terhadap budaya daerahnya dengan festival budaya yang dikemas dalam atraksi wisata. Festival Gandrung Sewu, misalnya, diikuti penari cilik dari seluruh desa. "Mereka yang dulu berlatih menari hanya ditonton di pentas desa, sekarang berlatih untuk ditonton wisatawan asing dan tokoh-tokoh nasional. Menumbuhkan kebanggaan ini jadi modal sosial penting untuk pembangunan daerah. Dan itu inti kasih sayang ketika warga sudah merasa memiliki dengan daerahnya. Jika rakyat tidak bangga, jangan harap pembangunan bisa berhasil," papar Anas.

Ketiga, konsolidasi lingkungan. Setiap pengembangan destinasi wisata alam harus diikuti dengan pelestarian lingkungan, karena wisatawan mencari daerah yang bersih dan nyaman untuk menyegarkan pikiran. "Misalnya, di Pantai Boom Banyuwangi yang kini marak dengan wisata melepas tukik atau anak penyu harus bersih karena penyu hanya mau merapat ke pantai yang bebas polusi," tuturnya.

Keempat, konsolidasi humanisme. Lewat wisata, manusia menghargai satu sama lain. Penduduk lokal berinteraksi dengan wisatawan untuk sama-sama memberi manfaat positif.

Kelima, pengembangan wisata akan membentuk perilaku manusia. "Penduduk lokal akan punya tourism behaviour, lebih ramah, sopan, dan menghargai perbedaan," ujar Anas.

Dalam siaran persnya kepada ROL, dia menambahkan, lewat berbagai upaya, sektor wisata di Banyuwangi kian membaik. Promosi beragam atraksi wisata dalam Banyuwangi Festival yang diadakan tiap tahun terus meningkatkan kunjungan turis. Pada 2013, turis lokal mencapai 1.057.952 orang, tumbuh 22% dibanding 2012 sebesar 860.831 orang. Adapun turis asing pada 2013 emncapai 10.462 orang, naik 90,14% dibanding 2012 2012 sebesar 5.502 orang.

Berdasarkan survei independen, belanja turis asing di Banyuwangi sebesar Rp 2 juta per hari per orang, sehingga dari wisatawan asing ada devisa sekitar Rp 52 miliar. "Itu dari turis asing saja, belum yang dari lokal. Ini jadi dampak berganda untuk menggerakkan ekonomi," kata Anas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement