REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Aktivitas vulkanik Gunung Slamet, hingga Kamis (11/8), masih cukup aktif. Meski demikian, warga yang tinggal di sekitar kaki gunung tersebut masih belum merasa terganggu. Seperti warga Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Purbalingga yang pemukimannya berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Gunung Slamet, masih beraktivitas seperti biasa.
''Mereka sudah terbiasa dengan gejala alam seperti ini. Apalagi PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Gunung Api), belum menaikkan status Gunung Slamet,'' kata anggota SAR Desa Kutabawa, Slamet Hardiansyah, Senin (11/8).
Dia menyebutkan, peningkatan aktivitas Gunung Slamet dalam beberapa pekan terakhir ini, sebenarnya juga diketahui warga. Antara lain, setiap malam warga kerap melihat adanya lontaran lava pijar dari puncak Gunung Slamet. Selain itu, warga juga kerap mendengar dentuman dan merasakan getaran. ''Namun kondisi ini tidak membuat panik warga, karena kita sudah terbiasa menyaksikan hal itu,'' jelasnya.
Mengenai aktivitas pendakian yang biasanya banyak dilakukan pendaki saat menjelang HUT Kemerdekaan RI, Slamer mengakui, banyak orang yang sempat mendatangi pos pendakian Gunung Slamet di desanya. Namun sejauh ini, mereka tidak sampai meminta ijin untuk melakukan pendakian.
''Setelah berbincang dan melihat sendiri kondisi Gunung Slamet, mereka biasanya sudah paham kondisi Slamet masih tidak memungkinkan untuk dilakukan pendakian. Karena itu, belum ada satu kelompok pendaki pun yang nekad melakukan pendakian,'' katanya.
Dia menyatakan, kalau sampai ada kelompok pendaki yang nekad melakukan pendakian, maka pihaknya akan tegas melarang mereka. ''Tapi sampai sekarang belum pernah ada yang nekad,'' jelasnya.
Berdasarkan data dari PVMBG tertanggal 10 Agustus, sepanjang pukul 00.00-24.00 tercatat adanya 10 kali lontaran lava pijar dengan ketinggian 200-300 meter. Selain itu, terjadi dua kali letusan abu setinggi 200-300 meter condong ke arah barat dan satu kali terdengar gemuruh kuat.