Senin 11 Aug 2014 10:37 WIB

SBY: Jangan Gila Perang

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Bilal Ramadhan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: antara
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pemimpin politik Republik Indonesia di masa mendatang agar tidak boleh gemar atau gila perang. Pemimpin politik tidak boleh pula dengan mudah mengambil keputusan untuk perang.

Walaupun, hal tersebut dimungkinkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, khususnya pasal 11 ayat 1 yang menyebut Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang. Hal ini disampaikan SBY dalam peringatan Hari Veteran Nasional 2014 di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (11/8).

Turut hadir antara lain Ibu Negara Ani SBY, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin dan Menteri Keuangan Chatib Basri.

SBY menjelaskan, apabila suatu saat pemimpin politik, baik presiden maupun parlemen, berkeinginan menyatakan perang, keputusan harus dipikir dengan cermat serta berhati-hati agar tidak salah langkah.

"Sekali menyatakan perang, pemimpin politik akan mengetahui risiko yang ditimbulkan yaitu jatuhnya korban putra-putri bangsa," kata SBY.

Ia menyontohkan masa tugasnya kala aktif sebagai prajurit TNI di Timor Timur. Puluhan ribu prajurit tewas dalam perjuangan. Ia juga mengimbau agar pemimpin politik berziarah ke Taman Makam Pahlawan agar menyaksikan secara langsung konsekuensi yang ditimbulkan dari keputusan yang salah.

Menurut Ketua Umum Partai Demokrat tersebut, perang adalah jalan terakhir yang dapat diambil jika jalur diplomasi menemui jalan buntu.  Khusus untuk RI, perang dipilih sebagai upaya mempertahankan kedaulatan NKRI.

Dalam kesempatan itu, ia memuji kiprah para veteran.  Ia menilai veteran sebagai sosok yang mengemban tugas dalam pertempuran merebut maupun mempertahankan kemerdekaan, tidak pernah menghitung untung rugi bagi dirinya.

Veteran pun tidak pernah memperhitungkan jiwa dan raga yang diberikan pada Ibu Pertiwi. Veteran bertempur semata-mata untuk melaksanakan tugas negara, membela NKRI, pancasila dan merah putih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement