Kamis 07 Aug 2014 20:30 WIB

Sebagian Besar Kota di Indonesia Tak Nyaman Huni

Red: M Akbar
Kota Jakarta. Ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Kota Jakarta. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA -- Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) menyatakan bahwa hampir separuh dari berbagai kota yang terdapat di Indonesia tidak nyaman untuk ditinggali sehingga membutuhkan pembenahan yang lebih baik.

"Saat ini hampir 50 persen kota Indonesia tidak nyaman dihuni, dan hal ini tidak berubah banyak dalam lima tahun terakhir," kata Ketua IAP Bernardus R Djonoputro di Jakarta, Kamis (7/8).

Padahal, ia mengingatkan bahwa sejak tahun 2008, penduduk global lebih banyak yang hidup di kota dibandingkan dengan mereka yang hidup di desa, sedangkan fenomena ini di Indonesia terjadi sejak sekitar 2010.

Fakta itu, ujar dia, diikuti oleh berbagai persoalan yang kerap muncul di kawasan urban seperti kemiskinan, penyediaan perumahan, dan kualitas infrastruktur. Selain itu, lanjutnya, kawasan perkotaan di wilayah Asia-Pasifik yang mencakup Indonesia merupakan wilayah dengan tingkat pertumbuhan tertinggi di dunia.

"Perumahan menjadi isu yang sangat sentral karena berkaitan dengan bagaimana kita bisa menumbuhkan kota-kota mandiri yang 'livable' (layak huni)," ujar Bernardus.

Ia memaparkan, berbagai hasil penelitian juga menunjukkan kawasan perkotaan di dunia rentan terhadap perubahan iklim dan bencana alam sehingga memerlukan penanganan multidimensi yang inovatif.

Sementara itu, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak juga mengakui pertumbuhan urban Indonesia.

"Pada 1970 dibanding sekarang, penduduk nasional sudah tumbuh lebih dari dua kali lipat, dan penduduk perkotaan sudah tumbuh 6 kali lipat," ujar Hermanto Dardak.

Hal itu, menurut Hermanto, juga telah memberikan tekanan dan permasalahan yang mesti dihadapi di beragam kota besar di Tanah Air.

Ia mencontohkan, permasalahan yang dihadapi seperti kurangnya infrastruktur pengelolaan sumber daya air yang kerap mengakibatkan banjir, serta kurangnya sarana transportasi yang memadai sehingga kerap mengakibatkan kemacetan di kota-kota besar.

"Ini membuat kehidupan perkotaan menjadi tidak nyaman dan tidak berkelanjutan," ujarnya.

Wamen PU mengharapkan agar kota-kota di Indonesia memiliki perencanaan dan rancangan pengelolaan yang baik sehingga memiliki daya tampung yang efisien yang sesuai dengan produktivitas perekonomiannya.

Hermanto mencontohkan sejumlah kota di dunia yang sangat nyaman untuk ditinggali antara lain Melbourne (Australia), Vancouver (Kanada), dan Copenhagen (Denmark).

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement