REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan alasan keamanan, Rafah sebagai satu-satunya akses termudah menjangkau Gaza, Palestina dibuka-tutup tanpa terjadwal oleh otoritas Mesir. Akibatnya, aliran bantuan dunia ke Gaza terhambat. Bahkan tak semua lembaga dunia bisa dapat izin mudah masuk Gaza.
Meski begitu, Organisasi Nirlaba Aksi Cepat Tanggap (ACT) justru mengaku sampai saat ini dapat setiap saat mengirimkan bantuan berupa uang, makanan dan alat kesehatan ke Gaza. Sejak 2010, ACT sudah mengirim bantuan, ada atau tidak ada serangan Israel ke Palestina. Saat ini, pasca serangan dan lonjakan korbannya begitu hebat, lonjakan dukungan dan kepedulian lebih hebat lagi.
“Setiap tahun kita mengirimkan relawan ACT, yang di Rafah dan di Gaza, ada juga orang Palestina yang kita percaya untuk menjadi penyambung bantuan,” kata Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin saat dihubungi //Republika// melalui sambungan telepon pada Rabu (6/8).
Dengan keberadaan orang-orang di dalam kawasan palestina dan jalur penghubung itulah, ACT memiliki akses rahasia dalam mengirimkan bantuan dan tenaga kemanusiaan. Namun, Ahyudin tidak dapat menjelaskan prosedur dan strategi yang mereka lakukan kepada media massa. Sebab dalam situasi perang, segala hal menyangkut keamanan dan akses para relawan harus betul-betul dijaga.
Ia juga menyayangkan kebijakan pemerintah Mesir yang menghambat proses pengiriman bantuan ke Palestina. “Dunia menghardik Mesir, menghalang-halangi bantuan kemanusiaan termasuk tindakan yang tidak manusiawi, kalaupun memberikan akses itu pun cuma satu dua jam, tidak tidak memadai,” tuturnya.
ACT menyiapkan sejumlah personal strategisnya untuk siap merespons krisis Palestina, meskipun giliran keberangkatan tak bisa ditetapkan segera. “Kabar terhambatnya tim Indonesia dan Malaysia masuk Gaza bukan berarti bantuan tak tersalur. Semua bisa masuk Gaza, insya Allah, dengan banyak ikhtiar, doa dan keyakinan. Risiko apapun, sudah menjadi hal yang siap dihadapi para pegiat kemanusiaan. Masyarakat Indonesia dan Malaysia di manapun berada, selain membantu dana, do’akan kami sukses menunaikan amanah,” ungkap N. Imam Akbari, Senior Vice President ACT yang juga memimpin tim internasional Global Philanthropy Network (GPN).
Salah seorang relawan ACT yang pernah menyampaikan bantuan langsung di Jalur Gaza N. Imam Akbari menyampaikan, pertengahan Ramadhan lalu, sepuluh sapi rata-rata seberat 520 kilogram disembelih di Gaza dan dagingnya dibagikan untuk warga Gaza. “Mereka bisa menikmati santapan daging saat Lebaran, selain menerima seribuan paket pakaian untuk anak-anak Gaza. Jangan tanya harganya. Melejit, tapi tetap kami beli sebagai wujud penunaian amanah. Alhamdulillah bantuan sudah diterima warga Gaza dengan rasa syukur,” ungkap Imam.
Fakta ini, lanjut dia, memberi harapan besar, banyak cara membantu Gaza. Rakyat Gaza tak menadahkan tangan, sebagai bangsa terhormat. “Mereka punya seribu satu cara, juga nyali, sehingga kepedulian Anda sampai ke tangan yang berhak,” tegasnya.