Selasa 05 Aug 2014 15:01 WIB

SBY Kembali Kritisi Media

  Presiden SBY memberikan keterangan pers terkait pemberitaan dari situs WikiLeaks tentang dugaan korupsi percetakan uang Republik Indonesia yang dicetak di Australia, di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jabar, Kamis (31/7).(Antara/Andika Wahyu)
Presiden SBY memberikan keterangan pers terkait pemberitaan dari situs WikiLeaks tentang dugaan korupsi percetakan uang Republik Indonesia yang dicetak di Australia, di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jabar, Kamis (31/7).(Antara/Andika Wahyu)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengkritisi peran media-media. Ia mengaku terus memantau perkembangan berita yang disajikan di dalam negeri maupun di luar negeri.

Ia pun mengatakan bisa membandingkan media massa internasional seperti CNN, BBC, Sky News, Euronews, CNBC, Al Jazeera, Channel News Asia, Bloomberg, dari sisi pemberitaan terhadap dunia maupun Indonesia.

Menurutnya, selama ini berita tentang Indonesia sering kali sisi buruknya saja. Padahal, capaian Indonesia pun tak sedikit yang positif dan layak dipublikasikan.

"Maunya kita, kalau yang baik ya juga diwartakan. Yang buruk juga silakan diwartakan sebagai cambuk bagi kita," ujarnya di Istana Merdeka, Selasa (5/8).

Menurutnya, media sudah seharusnya kritis. Tetapi, lebih dari itu, media pun harus kedepankan keadilan dan keseimbangan.

'Keluhan' Presiden SBY terhadap peran media bukan hanya diucapkan sekali dua kali saja. Ia pun pernah menyinggung ketidaknetralan dua televisi swasta yang menyiarkan pilpres yakni Metrotv dan Tvone.

Pada acara LKBN Antara di Hotel Borobudur, Senin (21/7), SBY pun menyebut tak ada media diseluruh dunia yang tak partisan. Tetapi, jangan sampai melebihi kepatutannya.

"Masyarakat kritis terhadap media yang sangat partisan, sangat tidak berimbang," ujar Presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement