REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses rekapitulasi suara Pilpres 2014, telah diselesaikan KPU. Hasilnya, pasangan Jokowi-JK unggul atas rivalnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan raihan 70.997.833 suara (53,15 persen) berbanding 62.576.444 suara (46,85).
Hasil rekapitulasi KPU tersebut seolah membenarkan prediksi beberapa lembaga survei yang menggelar survei dan quick count, yang sedari awal memperkirakan Joko Widodo-Jusuf Kalla bakal unggul.
Charta Politika, misalnya, saat melansir hasil survei terbarunya, sehari sebelum hari pemungutan suara yang dilangsungkan 9 Juli 2014, memprediksikan Jokowi-JK akan unggul dengan selisih empat sampai delapan persen.
Beberapa lembaga survei, di antaranya Populi Center, Indikator Politik Indonesia, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Lembaga Survei Indonesia (LSI), Pol Tracking, dan Indobarometer, juga memperkirakan pasangan yang diusung PDIP itu akan menang.
Di sisi lain, tidak sedikit lembaga survei yang mengunggulkan Prabowo-Hatta. Bahkan, hasil quick count empat lembaga survei, salah satunya Puskaptis menenangkan Prabowo-Hatta.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus menyatakan, hitungan manual yang telah ditetapkan KPU seperti mengkonfirmasi ketepatan beberapa lembaga survei. Apalagi prediksi mereka, selisihnya tipis. Hal itu sama saja membuktikan kepada publik bahwa mereka termasuk di antara lembaga survei yang kredibel.
"Saya kira memang hasil hitungan manual KPU ini menjadi acuan untuk menilai kapasitas dan integritas lembaga survei," kata Lucius kepada wartawan di Jakarta, (23/7).
Prediksi yang presisi, kata dia, akan membuat lembaga survei mendapatkan kepercayaan dari publik, setelah sebelumnya dibingungkan oleh hasil survei yang berbeda-beda. Dengan begitu, publik sudah tahu, mana hasil survei yang benar-benar berdasarkan kaidah ilmiah, serta mana yang berdasarkan pesanan. Bagi yang hasilnya meleset jauh, publik bisa menghukumnya, dengan tak lagi percaya lembaga survei itu.
"Fenomena banyaknya prediksi survei yang tepat, menunjukan ada kerja ilmiah yang meyakinkan dari lembaga-lembaga yang hasilnya mirip dengan real count KPU," kata dia.