REPUBLIKA.CO.ID, SAMPANG -- Hasil hitung cepat (quick count) yang dilakukan beberapa lembaga survei menunjukkan hasil yang berbeda-beda di tingkat nasional. Perbedaan itu membuat kedua pasang calon presiden dan wakil presiden saling klaim kemenangan.
Situasi ini bisa dianggap memicu timbulnya konflik di daerah antar sesama pendukung. "Ini tentu bisa memantik (masyarakat) yang di bawah, apalagi yang ada pendukung fanatiknya," kata Wakil Bupati Sampang, Madura Fadhilah Budiono kepada Republika, Kamis (10/7).
Fadhilah berharap, kedua tim sukses dari dua kubu khususnya yang ada di Sampang bisa mengendalikan massanya masing-masing agar tidak mudah terprovokasi dan terus menjaga ketentraman dan kondusifitas Kabupaten Sampang. Siapapun calon presiden yang terpilih, masyarakat harus menerima dengan suka cita.
Dia mengimbau semua pendukung masing-masing pasangan calon untuk menahan diri menunggu hasil atau keputusan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Perbedaan hasil survei yang ada di media televisi tidak perlu dijadikan acuan utama dalam mendapatkan informasi.
Ia melanjutkan, beberapa daerah yang sebelumnya diantisipasi karena adanya kemungkinan terjadinya gesekan antar pendukung, sampai pilpres selesai tidak ada masalah. Fadhilah optimis kondusifitas di Kabupaten Sampang ini akan berlangsung sampai diputuskan siapa pemenang pilpres.
Hingga satu hari setelah pemungutan suara, situasi keamanan di Kabupaten Sampang praktis tak ada gejolak. Semua proses pilpres dilalui dengan aman dan lancar. Menurut Fadhilah, tensi pilpres di Kabupaten Sampang memang tidak setinggi pemilihan legislatif (pileg). Oleh karena itu ia bisa memastikan Sampang akan tetap aman. "Kalau sampai ada yang mengacau situasi, polisi pasti akan bertindak," ujarnya.