Rabu 02 Jul 2014 01:03 WIB

Patung Suro dan Boyo Kini di Ada Korsel

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Erik Purnama Putra
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendatangi gedung KPK, Jakarta, Senin (20/1).
Foto: Republika/Wihdan
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendatangi gedung KPK, Jakarta, Senin (20/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BUSAN -- Patung lambang Kota Surabaya, kini bisa dijumpai di Kota Busan, Korea Selatan (Korsel). Patung berbentuk ikan suro dan boyo (buaya) itu diresmikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Wali Kota Busan Hur Nam Sik, Selasa (1/7).

Dalam sambutannya Risma mengatakan, peresmian patung lambang Kota Surabaya di Busan semakin melengkapi hubungan kemitraan yang yang sudah dijalin selama 20 tahun terakhir. Menurut dia, lama 20 bukan waktu yang singkat. Selama rentang waktu tersebut, ada banyak keuntungan yang diperoleh Surabaya dan Busan yang sama-sama merupakan kota terbesar kedua di masing-masing negara.

“Semoga ke depan hubungan kerja sama bisa semakin erat dan sinergi sehingga membawa dampak positif bagi masyarakat,” ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (1/7).

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati menerangkan, monumen suro dan boyo yang kini dipajang di Busan merupakan karya seniman lokal Kota Pahlawan bernama Agung Tato.

Patung tersebut berbahan perunggu dengan dimensi tinggi 2,6 meter serta diameter lingkaran patung 0,75 meter. Rangkaian vertikal patung itu diletakkan di atas tatakan bundar berdiameter 3 meter. “Seluruh proses pengerjaan patung itu dilakukan di Surabaya. Setelah jadi baru dikirim ke Busan,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Bagian (Kabag) Kerja sama Pemerintah Kota Surabaya Ifron Hady Susanto mengakui bahwa hubungan kerja antara Surabaya dan Busan yang telah bekerja sama sejak 1994 lalu telah banyak manfaat yang dirasakan.

Selama ini, kerja sama terealisasi di berbagai bidang di antaranya budaya, pendidikan, ekonomi hingga fesyen. Baik Surabaya dan Busan sama-sama aktif mengirim delegasi seniman secara rutin. Busan tiap tahun selalu mengikuti Cross Culture Festival (CCF) yang diselenggarakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Begitu pula Surabaya yang mengirim seniman untuk mengikuti event serupa di Korsel bertajuk Global Gathering. Selain itu, untuk sektor pendidikan, kata dia, Pemkot Surabaya mulai rajin mengirimkan tenaga guru guna belajar di Busan.

“Tahun lalu, pemkot menugaskan 40 guru dan kepala sekolah untuk studi banding di sekolah-sekolah. Tahun ini rencananya 70 tenaga pengajar diberangkatkan dengan misi yang sama,” ujarnya.

Harapannya, akan ada transfer ilmu sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di Surabaya. Selain sektor formal, kerja sama juga mulai merambah bidang fesyen kreatif. Beberapa waktu lalu, rombongan delegasi fesyen asal Busan berkunjung ke Surabaya. Mereka tertarik mengkolaborasikan desain batik khas Surabaya dengan mode terkini di Korsel.

Artinya, sentuhan unsur Surabaya juga akan menyentuh fesyen Korea yang memang kini tengah naik daun di kalangan muda-mudi. Dikatakan Ifron, setelah ini pemkot membidik peningkatan kerjas ama sektor ekonomi dan investasi.

Merujuk pada data  sedikitnya ada 1.200 pebisnis asal Korea Selatan yang sekarang berada di Jatim. Kesempatan ekonomi dan investasi ini, kata dia, harus dimanfaatkan oleh warga Surabaya. Paling tidak harus ada nilai plus yang dipetik, apalagi mengingat bisnis teknologi informasi (TI) Korea kini tengah mendominasi.

“Harapannya tentu warga Surabaya bisa belajar banyak dan mengaplikasikannya ke dalam bisnis kewirausahaan masing-masing sehingga mampu bersaing,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement