Sabtu 21 Jun 2014 15:45 WIB

RSUP Dr Sardjito Sudah Hasilkan 150 Bayi Tabung

Rep: neni ridarineni/ Red: Esthi Maharani
Rumah Sakit Sardjito
Foto: ANTARA
Rumah Sakit Sardjito

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Sejak tahun 1996 RSUP Dr Sardjito mulai menginisiasi program bayi tabung. Pada tahun 1997 lahir bayi tabung pertama di RSUP Dr Sardjito. Di tahun 2014 ini akan dilahirkan bayi tabung ke-150 di Klinik Infertilitas Permata Hati RSUP Dr Sardjito.

Bayi tabung ke -150 akan dilahirkan oleh Ny. Ivone yang diperkirakan akan lahir 15 Agustus 2014, kata Pakar Bayi Tabung RSUP Dr Sardjito Prof Mochamad Anwar dalam Seminar In Vitro Maturasi (IVM)  dalam rangka Peresmian Pusat Pelayanan IVM  di Gedung Diklat RSUP Dr Sardjito, Sabtu (21/6).

RSUP Dr Sardjito termasuk satu-satunya rumah sakit pemerintah yang menghasilkan bayi tabung terbanyak dan mempunyai Pusat Pelayanan IVM.

Saat ini baru ada tiga rumah sakit di Indonesia yang mempunyai Pusat Pelayanan IVM. Dua rumah sakit lainnya berada di Jakarta dan merupakan rumah sakit swasta (RS. Family Center dan RS Yasmin Kencana).  

Saat ini di Indonesia baru ada 27 rumah sakit yang memberikan pelayanan program bayi tabung dan hanya sekitar 10 rumah sakit yang jalan. Sebetulnya kalau dilihat dari jumlah yang mengalami infertilitas, jumlah rumah sakit yang memberikan pelayanan bayi tabung di Indonesia belum memadai. Karena jumlah ahli di bidang bayi tabung juga belum cukup.

Singapura yang jumlah penduduknya hanya sekitar 12 juta orang, jumlah klinik/rumah sakit yang menangani infertilitas dan bayi tabung ada sekitar 40 tabung.  Pasien kaya dari Indonesia banyak yang melakukan pengobatan dan mengikuti program bayi tabung ke Singapura dan Malaysia.

Menurut Ny. Ivone biaya yang dikeluarkan untuk program tabung dengan IVM sehingga dia bisa hamil sekitar Rp 32 juta. Sedangkan dengan program bayi tabung dengan IVF (Invitro Fertilization) konvensional biayanya sekitar Rp 40-70 juta, karena banyak obat-obatan injeksi yang diberikan. Namun, bayi tabung dengan IVM harus ada indikasi antara lain: pada pasien //polycystic ovary syndrome//, telur tidak bisa masak di dalam tubuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement