REPUBLIKA.CO.ID, BALAI KOTA -- Selama ini kehadiran pintu tol di sejumlah ruas jalan di Jakarta kerap menimbulkan kemacetan. Oleh karena itu, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyarankan agar sistem pembayaran tol diubah dari semula di pintu masuk menjadi di pintu keluar.
Selama ini, antrian sejumlah kendaraan di pintu masuk tol berdampak pada kemacetan di ruas jalan arteri. Oleh karenya pria yang kerap dipanggil Ahok ini menilai, sebaiknya sistem pembayaran tol diubah bukan lagi saat kendaraan masuk.
"Selama ini kan tol dibilang bikin macet, gampang aja kita balik. Masuknya tidak bayar tapi keluarnya bayar. Jadi macetnya di dalam tol," kata Ahok di Balaikota, Jumat (20/6).
Dikatakan Ahok, konsep pintu tol tersebut tidak akan diterapkan di sejumlah tol yang sudah ada saat ini. Melainkan di enam ruas jalan tol saat ini sedang dalam tahap perencanaan Kementerian Pekerjaan Umum.
"Nanti kalau mau bangun 6 ruas jalan tol, harus dibalik pas keluarnya baru bayar sehingga ngantre bayar macetnya di dalam, biar yang punya mobil yang macet di Tol," ujar mantan Bupati Belitung Timur itu.
Rencananya pembangunan enam ruas tol dalam kota ini dibagi menjadi empat tahap dan ditargetkan selesai pada tahun 2022. Tahap pertama, ruas Semanan-Sunter sepanjang 20,23 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun dan Koridor Sunter-Pulo Gebang sepanjang 9,44 kilometer senilai Rp 7,37 triliun.
Kemudian tahap kedua, tol dari Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 12,65 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun dan Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,60 kilometer senilai Rp 6,95 triliun.
Tahap ketiga, untuk tol dari Ulujami-Tanah Abang dengan panjang 8,70 kilometer dan nilai investasi Rp 4,25 triliun. Serta tahap keempat yakni, tol dari Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,15 kilometer dengan investasi Rp 5,71 triliun. Total pembangunan enam ruas tol dalam kota sepanjang 69,77 kilometer.