REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diperkirakan mencapai 1.164.903 jiwa pada 2015.
"Berdasarkan proyeksi penduduk Direktorat Penyerasian Kebijakan Perencanaan Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Sleman pada 2015 diprediksi mencapai 1.164.903 jiwa," kata Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sleman Supardi, Kamis (19/6).
Proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Sleman pada 2013 sebanyak 1.136.721, dan pada 2014 ada 1.150.726 jiwa. "Dari jumlah tersebut, proyeksi penduduk usia di bawah lima tahun (balita) pada 2013 sebanyak 96.796, sedang pada 2014 ini ada 97.989 dan diprediksi pada 2015 menjadi 99.197," katanya.
Sementara untuk usia sekolah dasar pada 2013 ada 93.391 dan pada 2014 ada 94.542 dan diprediksi pada 2015 mencapai 95.708. "Untuk proyeksi penduduk usia SMP ?pada 2013 ada 46.624, pada 2014 mencapai 47.199 dan pada 2015 akan mencapai 47.781," katanya.
Kemudian untuk usia SMA pada 2013 ada 51.620, pada 2014 mencapai 52.255 dan pada 2015 nanti akan mencapai 52.899. "Sedang pada usia kerja (usia 15 - 75 tahun) pada 2013 ada 870.540, pada 2014 mencapai 892.122 dan pada 2015 akan mencapai 903.112," katanya.
Supardi mengatakan, proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk , tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan (migrasi).
"Ketiga komponen tersebut yang menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang," katanya.
Ia mengatakan, penyusunan model Implikasi Proyeksi Penduduk dalam Perencanaan Pembangunan Daerah ini, diharapkan dapat memberikan gambaran kebutuhan dalam rangka perencanaan di daerah yang mencakup antara lain Perencanaan Pengembangan kualitas pendidikan, yang mencakup kebutuhan jumlah sekolah, ruang dan guru serta sarana prasarana yang didasarkan hasil proyeksi penduduk usia sekolah.
"Kemudian juga untuk Perencanaan Pengendalian Kelahiran, yang mencakup program-program yang mampu mengendalikan jumlah kelahiran," katanya.