REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hasil penelitian menyebutkan, daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia semakin kritis. Akibatnya, laju sedimentasi makin tinggi dan frekuensi banjir meningkat.
Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Rizaldi Boer, mengatakan, jumlah DAS kritis meningkat setiap tahun. "Indonesia memiliki sekira 470 DAS dan jumlah yang kritis meningkat dua DAS setiap tahun," katanya di Jakarta, Selasa (17/6).
Pulau Jawa tampaknya wilayah yang memiliki kondisi DAS paling kritis. Berdasarkan laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup, hanya 50 dari 155 DAS di Pulau Jawa yang memiliki nol persen tutupan hutan. Sementara, hanya 10 dari 155 DAS di Pulau Jawa yang persentase tutupan hutannya di atas 30 persen, misalnya di Mujur, Bondoyudo, dan Banjati.
Degradasi ini sudah terjadi sejak 1970-an. Kebanyakan degradasi DAS disebabkan oleh penggunaan lahan untuk pertanian atau penggunaan lain seperti permukiman dan pertambangan. Hal ini perlu menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga DAS.
Terdegradasinya DAS akan mengakibatkan persentase minimum dan maksimum debit air terganggu. Kondisi debit maksimum saat curah hujan tinggi akan mengakibatkan banjir di wilayah hilir. "Ini merupakan tantangan bagi kita untuk memelihara DAS karena merupakan faktor kunci untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim," kata Rizaldi.
Dia juga melihat selama ini terjadi inkonsistensi rencana tata ruang. Pada 2010, gap antara rencana dan realisasi tata ruang nasional mencapai 32 persen. Diperkirakan rasio ini akan meningkat menjadi 57 persen pada 2025 jika pemerintah tidak segera bertindak memperbaiki tata ruang.
''Pola pengelolaan lahan seperti saat ini akan mengakibatkan pengalihan fungsi lahan, terutama DAS, semakin masif. Apalagi, pertumbuhan penduduk semakin tinggi," tutur Rizaldi.