REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan tsunami tidak mempengaruhi rencana pembangunan bandara internasional di wilayah ini.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kulon Progo Astungkoro di Kulon Progo, Minggu, mengatakan potensi tsunami akan berpengaruh pada desain bandara yang akan dibangun oleh PT Angkasa Pura.
"Semua situasi bencana sudah diperhitungkan mulai dari api, banjir, angin hingga tsunami. Kalau masalah tsunami membuat orang tidak berkembang akan menjadi daerah yang tertinggal. Misalnya saja di Jepang merupakan negera yang sering terjadi gempa, bandara hingga jalur kereta tetap dibangun. Hal ini karena menggunakan teknologi, begitu juga bandara yang akan dibangun di Kulon Progo, akan menggunakan teknologi canggih dan sudah diperhitungkan sebelumnya," kata Astungkoro.
Astungkoro mengatakan seluruh wilayah Indonesia, kecuali Kalimantan, berpotensi terjadi tsunami. Selain itu, soal tsunami sudah ada di mitigasi becana di DIY dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DIY.
"Berbicara tsunami, di seluruh kawasan pantai selatan ditempat oleh penduduk. Kenapa yang dipermasalahkan hanya bandara di Kulon Progo. Tsunami dapat diatasi dengan teknologi," kata dia.
Selain itu, Astungkoro mengatakan rencana induk yang dikirim ke Kementerian Perhubungan (Kemhub) sudah menyangkut seluruh potensi terburuk hingga cara mengatasinya. Sehingga terbitlah izin penetapan lokasi dari Kemhub.
"Kami justru mempertanyakan kenapa persoalan ini dihembuskan oleh lembaga tertentu. Apa kepentingan mereka terhadap rencana pembangunan bandara di Kulon Progo," kata dia.
Sebelumnya, Peneliti tsunami Balai Pengkajian Dinamika Pantai-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP-BPPT) DIY, Widjo Kongko mengatakan, berdasarkan kajian, rencana lokasi bandara baru Yogyakarta di Pantai Glagah, Kecamatan Temon, Kulon Progo, berpotensi dilanda tsunami dengan ketinggian hingga sembilan meter.
Kajian itu memang belum spesifik di lokasi tapak bandara baru itu, tetapi dilakukan terkait rencana pembangunan infrastruktur transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara) di pantai Yogyakarta yang membentang sepanjang 115 kilometer.
"Kajian kami, mulai dari sisi timur Sungai Bogowonto di perbatasan Kulon Progo dengan Kabupaten Purworejo hingga Pantai Parangtritis di Kabupaten Bantul termasuk daerah rentan gempa dan tsunami," kata Widjo.