Ahad 15 Jun 2014 20:50 WIB

Jelang Puasa, Ikappi Serukan Waspada Kebakaran Pasar

Kebakaran Pasar Senen
Foto: Republika/C67
Kebakaran Pasar Senen

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran bisa terjadi di mana saja, tak terkecuali pasar tradisonal. Karena itu pula, menjelenag puasa ini, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengimbau semua pedagang untuk mewaspadai kebakaran.

Imbauan juga disampaikan kepada para pengelola pasar trandisional di seluruh Tanah Air.

" Hal ini bukan tanpa dasar, data dan fakta yang dimiliki oleh IKAPPI menyebutkan angka kebakaran pasar pada medio 2011 - 2013 justru banyak terjadi pada H-20 Ramadhan hingga 20 hari pascalebaran," ujar Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri dalam siiaran persnya kepada ROL, Ahad (15/6).

Kepada para pedagang, pihaknya mengimbau berhati hati dalam penggunaan bahan bahan yang dapat menimbulkan kebakaran maupun yang mudah terbakar. Hal sekecil apapun, katanya,  apalagi yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut sebaiknya diantisipasi. Kepada pihak pengelola, pihaknya juga mengimbau agar meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan. Caranya dengan memastikan ketersediaan hydrant.

"Serta mensosialisasikan bahaya kebakaran pasar kepada pedagang. Kerja sama yang baik antarpedagang dan pengelola kami yakini dapat meminimalisasi potensi kebakaran," ujarnya.

Pengelola maupun dinas terkait jangan hanya menarik retribusi kepada pedagang tanpa adanya penataan instalasi listrik atau pelatihan tanggap kebakaran. Apabila pihak pengelola abai terhadap hal tersebut, maka mereka patut dipersalahkan.

Terkait persepsi masyarakat tentang isu pembakaran pasar, pihaknya tidak menampik hal tersebut. Di beberapa kasus, Ikappi  menemukan adanya kesengajaan atau pembakaran. Biasanya kasus tersebut terjadi bilamana komunikasi relokasi atau revitalisasi antara pedagang dan pemda mengalami jalan buntu.

"Sekali lagi IKAPPI mengingatkan semua pihak akan besarnya ekses negatif kebakaran pasar. Selain dapat mengganggu roda ekonomi daerah, pedagang pasar pasti akan menjadi pihak yang sangat dirugikan. Karena di pasar lah tempat mereka menggantungkan hidup."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement