REPUBLIKA.CO.ID, PAMPANGA -- Pejabat kesehatan dan ahli dari anggota Perhimpunan Negara Asia Tenggara (ASEAN) berkumpul di Clark, Filipina, Sabtu, untuk memperkuat kerja sama dalam memerangi demam berdarah.
Dengan tema "ASEAN Unity and Harmony: A Key to Combat Dengue", acara dua hari itu membahas informasi terbaru, menyimak pendapat pakar, tantangan dan isu seputar demam berdarah, salah satu infeksi paling cepat berkembang di dunia.
"Kehadiran Anda merupakan bukti dari komitmen Anda yang kuat dalam bentrokan terus-menerus melawan demam berdarah," kata asisten sekretaris Departemen Kesehatan (DOH) Gerardo Bayugo.
Bayugo mengutip pentingnya kerja sama regional untuk mengelola dan mengendalikan demam berdarah.
"Bersama-sama dalam kesatuan, adalah mungkin untuk mencapai tujuan kita bersama untuk mengendalikan dengue," katanya.
Demikian juga, Wakil DOH Nemesio Gako mengatakan bahwa tema tahun ini sangat tepat, di saat persatuan dan kerja sama sangat penting untuk melawan penyakit menular ini.
"Perbedaan kami, jangan kendala perjuangan kita melawan demam berdarah. Pertemuan tahunan ini membentengi upaya kami dalam memerangi penyakit. Bersama-sama, kita bisa melawan demam berdarah," kata Gako.
Pada awal forum, Dr Rose Nani Mudin dari Malaysia membahas topik tentang jaringan epidemiologi dan pengawasan virus regional yang dijuluki UNITEDengue.
Jaringan tersebut didirikan oleh Departemen Kesehatan Malaysia dan Institut Kesehatan Lingkungan pada tahun 2012.
Mudin mengatakan, UNITEDengue, yang merupakan singkatan dari Serikat Dalam Menanggulangi Wabah Demam Berdarah, adalah jaringan untuk berbagi lintas-batas informasi pengawasa BD dan pengetahuan tentang pengendalian BD.
Selain Malaysia dan Singapura, negara lain yang bergabung dengan UNITEDengue adalah Brunei, Sri Lanka, Pakistan dan Thailand.
Dia meminta negara-negara lain untuk bergabung dengan UNITEDengue guna meningkatkan perjuangan melawan penyakit yang ditakuti.
Sementara itu, Prof Donald Shepard dari Universitas Brandeis yang menangani beban biaya dengue.
Shepard, dalam paparannya, mengatakan bahwa rata-rata tahunan beban ekonomi demam berdarah di Asia Tenggara mencapai 950 juta dolar AS.
Di Filipina, katanya, demam berdarah adalah salah satu dari delapan penyakit menular dengan tahunan 118.080 kasus dilaporkan antara 2008 sampai 2012.
Dia juga mengatakan bahwa Filipina adalah yang keempat kalinya dalam membahas beban dengue di Asia Tenggara.