REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Ahmad Mubarok mengatakan sukses sebuah keluarga tidak terlalu berhubungan dengan pendidikan tinggi. Artinya, pendidikan tinggi dengan keluarga sukses itu tidak berbanding lurus.
"Peran keluarga itu lebih besar dibandingkan sekolah. Anak-anak butuh fungsi ayah dan ibu secara lengkap," ujar Ahmad ditemui Republika di Surabaya, Kamis (12/6) malam.
Ahmad mencontohkan, dalam pemilihan keluarga sakinah dan teladan tingkat nasional di mana dia menjadi salah satu dewan juri selama sembilan tahun berturut-turut, tiga dari 10 keluarga teladan yang terpilih justru hanya tamatan SD.
Keluarga teladan lainnya juga dari kalangan pendidikan biasa, namun bisa membesarkan anak hingga lulus sarjana. Meski demikian, ada juga keluarga teladan yang berasal dari kalangan profesor, namun jumlahnya kecil sekali.
Menurut Guru Besar Psikologi Islam Universitas Islam Nasional Syarif Hidayatullah ini ada beberapa kunci menjadi keluarga sukses. Di antaranya, kesetiaan pasangan, pola hidup sederhana, membesarkan anak dengan uang halal, peran istri yang luar biasa, dan ada pemberdayaan keluarga.
Keluarga hedonis, kata Ahmad, biasanya akan memiliki anak yang susah dikendalikan. Keluarga yang menerapkan pola hidup sederhana itu bukan mutlak keluarga miskin, melainkan keluarga yang mengonsumsi segala sesuatunya berdasarkan standar kebutuhan.
Anak juga perlu dibesarkan dengan uang halal. Meskipun anak disekolahkan di sekolah yang baik, jika orang tuanya menggunakan uang haram, maka kualitas pendidikan anaknya lama kelamaan akan menurun.
Kesabaran dan ketekunan seorang istri berperan besar dalam keluarga. Jumlah anak tidak menjadi faktor. Anak sedikit terkadang tidak selalu tumbuh menjadi anak baik dan sukses. Namun, ada juga yang anaknya banyak namun tetap bisa seluruhnya sukses.