REPUBLIKA.CO.ID, SAPIT -- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menyoroti lambannya penanganan banyak buaya di Sungai Mentaya yang hingga saat ini masih mengancam keselamatan masyarakat setempat.
"Banyaknya sudah korban jiwa itu seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait untuk menangani masalah ini secara serius karena ini urusan nyawa manusia," kata Wakil Ketua DPRD Kotawaringin Timur Parimus di Sampit, Rabu.
Parimus menilai hingga saat ini belum ada aksi nyata yang signifikan oleh pemerintah daerah dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam selaku instansi vertikal yang bertanggung jawab terkait dengan masalah konservasi.
Imbauan agar masyarakat berhati-hati saat beraktivitas di sungai, dinilai belum cukup menangani masalah itu, akan tetapi perlu langkah lebih serius agar buaya-buaya itu, tidak lagi berkeliaran di perairan sekitar permukiman sehingga tidak lagi mengancam keselamatan warga.
Masyarakat masih diliputi kecemasan saat beraktivitas di sungai, padahal keseharian mereka tidak terlepas dari sungai karena diperlukan untuk keperluan sehari-hari, khususnya untuk mandi dan mencuci pakaian.
"Kalau kami di DPRD sampai memanggil semua pihak terkait untuk menggelar rapat dengar pendapat, berarti itu sudah parah. Artinya, bagaimana selama ini penanganan yang dilakukan oleh instansi teknis terkait," kata politikus yang merupakan Ketua DPC Partai Demokrat Kotawaringin Timur itu.
Parimus mendesak pemerintah daerah dan BKSDA segera menangani masalah itu secara serius agar tidak jatuh korban lagi akibat keganasan buaya-buaya Sungai Mentaya.
Sekitar sebulan lalu, seorang warga bernama Yassin (40) tewas akibat diterkam buaya saat mandi di Sungai Mentaya di Desa Jaya Karet, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Jasad korban baru ditemukan dua hari kemudian.
Yassin merupakan korban ketujuh terkaman buaya Mentaya dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Sebagian besar korban terkaman buaya tersebut meninggal dunia, bahkan ada yang jasadnya tidak ditemukan hingga saat ini.