REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Aktivis perempuan Ita Fatia Nadia, melihat visi misi pasangan Prabowo-Hatta tentang perempuan masih lemah. Bahkan, Ita menilai, visi misi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang diusung enam partai itu minim isu tentang pemberdayaan dan kesetaraan gender.
Bahkan, polanya tak ubahnya sama seperti masa Orde Baru dan masih memandang perempuan sebagai kelompok rentan yang harus dilindungi. Perempuan yang membidangi Komisi Nasional (Komnas) Perempuan itu mengemukakan pendapatnya di Jakarta, Senin (2/6).
Menurut dia, posisi perempuan yang termuat dalam visi misi Prabowo-Hatta, bukanlah menjadi poin penting. Visi misi pasangan yang diusung Koalisi Merah Putih tersebut nuansanya masih mengedepankan maskulinitas.
“Ada perbedaan sangat jauh sekali antara visi misi Jokowi dan visi misi Prabowo,” kata Ita.
Dalam visi misi Prabowo-Hatta, kata dia, tak banyak menggambarkan kondisi Indonesia. Ita menilai, visi misi Prabowo-Hatta tak memuat sebuah analisis yang lengkap tentang wajah Indonesia ke depan. Termasuk dalam isu-isu perempuan.
Pemberdayaan perempuan, sambung Ita, tak hanya sekedar membentuk organisasi perempuan di partai atau pemerintahan. Namun, jauh dari itu, perempuan harus diberikan ruang gerak yang setara di setiap lini pemerintahan dan pembangunan ke depan.
Berbeda dengan Jokowi-JK, klaim Ita, pasangan yang diinisiasi PDIP itu memosisikan perempuan sebagai subjek yang harus berdaulat secara politik, bermartabat, merdeka, dan setara dengan kaum laki-laki.
“Selama ini tidak pernah ada. Dan yang menarik, Jokowi-JK juga dalam visi misinya berupaya menghapus seluruh kebijakan undang-udang yang berpotensi mendiskreditkan perempuan dalam program reformasi hukumnya,” ujarnya.