REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bisa mencapai enam persen pada 2015 apabila hasil Pemilu Presiden 2014 sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Sampai akhir 2014, menurut saya masih di kisaran 5,8 persen, tidak jauh dari tahun kemarin. Karena kita baru bisa mengejar pertumbuhan ekonomi tentu setelah pesta pemilu selesai pada Juli," kata ekonom dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetyantono di Yogyakarta, Sabtu (24/5).
Menurut Tony, pergantian pemerintahan yang sesuai dan mendukung sebagian besar suara investor juga akan memberi harapan pada penguatan nilai tukar rupiah.
"Jika pemilu lancar dan sesuai ekspektasi pasar, maka diharapkan terjadi 'capital inflow' (arus modal asing masuk)," kata dia.
Sementara itu, di sisi lain, menurut dia masih lambatnya pertumbuhan ekonomi juga disebabkan masih adanya dampak krisis finansial yang terjadi di Amerika dan Uni Eropa hingga saat ini. "Krisis finansial masih akan memberi dampak jangka panjang terhadap laju perekonomian Indonesia," katanya.
Sementara itu, terlepas siapa harapan publik atau pasar, menurut dia, presiden terpilih harus tetap memiliki visi mengutamakan peningkatan daya saing.
Daya saing, kata dia, diwujudkan dengan mendorong perbaikan infrastruktur serta peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Peningkatan kualitas SDM, menurut dia, penting diupayakan sebagai persiapan persaingan global yang muaranya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015. "Siapa pun presidennya, harus memiliki tekad untuk meningkatkan daya saing, misalnya mengkampanyekan sekolah ke luar negeri bagi generasi muda," katanya