Ahad 25 May 2014 02:33 WIB

Dewan Berinisiatif Bahas Penanganan Keganasan Buaya Mentaya

Penangkapan buaya/ilustrasi   (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Penangkapan buaya/ilustrasi (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Banyaknya sudah korban jiwa akibat diterkam buaya sungai Mentaya, menjadi perhatian serius DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, untuk membahas penanganannya.

"Mungkin Senin depan kami akan mengundang instansi terkait di Pemkab Kotim sepeti Dinas Kehutanan bersama BKSDA untuk membahas penanganan ancaman buaya yang kini menjadi kekhawatiran masyarakat karena sudah banyak memakan korban," ujar Ketua DPRD Kotim, Jhon Krisli di Sampit, Sabtu.

DPRD akan mengundang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) karena instansi vertikal ini berwenang dalam hal konvertasi dan hewan dilindungi.

Jhon juga mendesak kepada pemerintah daerah melakukan langkah konkret di lapangan karena ancaman keberadaan buaya-buaya tersebut tidak bisa dianggap sepele dan bisa terjadi kapan saja.

"Kami ingin pemerintah daerah bersama BKSDA dan pihak terkait untuk bergerak cepat menanggulangi persoalan ini. Juga perlu ada penelitian apa penyebab sehingga kasus serang buaya makin sering terjadi, sambung Jhon.

Masalah ini memerlukan perhatian serius semua pihak supaya serangan buaya tidak lagi terjadi dan tidak terus memakan korban jiwa.

DPRD akan menyetujui jika memang penanggulangan masalah ini membutuhkan dana. Menyelamatkan masyarakat dari ancaman buaya-buaya ganas tersebut jauh lebih penting dibanding uang.

Seperti diketahui, awal pekan tadi seorang warga bernama Yassin (40) tewas akibat diterkam buaya saat mandi di sungai Mentaya di Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Jasad korban baru ditemukan dua hari kemudian.

Yassin merupakan korban ketujuh terkaman buaya mentaya dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Sebagian besar korban terkaman buaya tersebut meninggal dunia, bahkan ada yang jasadnya tidak ditemukan hingga sekarang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement