REPUBLIKA.CO.ID,BATAM -- Pengusaha tahu dan tempe di Kota Batam mengeluhkan tingginya harga kedelai impor dari Malaysia yang mencapai Rp 10.000 per kilogram meski pasokannya mencukupi.
"Mahalnya harga bahan baku kacang kedelai impor menyebabkan para pengrajin tahu tempe kelimpungan karena harga jual tidak bisa dinaikkan," kata pemilik pabrik tahu-tempe di Tanjung Sengkuang Batam, Rudi di Batam, Sabtu (24/5).
Di Tanjung Sengkuang merupakan salah satu pusat pengusahaan tempe dan tahu di Batam yang pasokan bahan bakunya sangat tergantung dari kedelai impor asal Malaysia. Ia mengatakan, harga kedelai dalam beberapa pekan terakhir harganya terus naik dari Rp8.000 hingga mencapai Rp 10.000.
"Meskipun pasokan selalu ada, namun harga Rp 8.000 itu sudah sangat mahal. Apalagi mencapai Rp 10.000. Harga tersebut sangat membebani kami," kata dia.
Ia mengatakan, pernah berupaya menaikan harga jual namun efeknya penjualan turun drastis menyebabkan mengalami kerugian besar.
Sementara itu, berdasarkan data pemasukan produk impor hortikultura ke Batam sepanjang Januari-Maret 2014, tercatat sebanyak 1.665 ton kedelai impor asal Malaysia.
Direktur PTSP dan Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho mengatakan pengrajin tahu dan tempe di kota Batam masih mengandalkan pasokan kedelai impor asal Malaysia dengan alasan efesiensi waktu. "Industri di Batam memang masih mengandalkan impor karena pengirimannya bisa lebih cepat," ujarnya.