Kamis 15 May 2014 17:00 WIB

Wacana Pencapresan Sri Sultan Hina Konvensi Demokrat

Rep: c30/ Red: Bilal Ramadhan
Sri Sultan Hamengkubuwono X
Foto: Antara
Sri Sultan Hamengkubuwono X

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Wacana pencapresan Sri Sultan Hamengkubu Buwono X oleh Partai Demokrat dinilai sebagai bentuk kegalauan di internal partai. Bahkan, dimunculkannya wacana tersebut secara tidak langsung bisa dikatakan sebagai bentuk penghinaan terhadap peserta konvensi capres di partai berlambang segitiga mercy itu.

"Kalau seperti itu berarti menghina peserta konvensi. Lalu apa gunanya konvensi yang mereka lakukan selama ini," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia Maswadi Rauf saat dihubungi, Kamis (15/5).

Maswadi mengatakan, seluruh peserta konvensi selama ini sangat serius dalam mengikuti setiap prosesnya. Jika Partai Demokrat mengusung capres dari luar peserta konvensi, maka hal itu merupakan bentuk inkonsistensi partai terhadap komitmen awal diadakannya konvensi. Sekaligus tidak menghargai peserta konvensi yang ada.

Selain itu, kata dia, munculnya wacana ini juga cermin dari bentuk kepanikan. Waktu yang semakin mepet dari batas pendaftaran pasangan capres-cawapres membuat partai besutan SBY itu menjadi kelabakan. Sebab, hingga saat ini Parta Demokrat belum mengambil sikap apakah akan berkoalisi dengan poros yang ada atau mengusung capres sendiri.

Jika mengusung capres sendiri, tambah Maswadi, maka praktis hanya Hanura yang sampai saat ini juga belum menentukan sikap. Meskipun Golkar juga belum menentukan sikap secara resmi, tetapi dukungan sudah mengarah ke PDIP. Ia memperkirakan kemungkinan koalisi antara Partai Demokrat dan Golkar juga semakin tipis.

"Kalaupun terjadi (koalisi antara Demokrat dan Golkar) capres yang diusung pasti hanya sekedar penggembira saja," ujar guru besar ilmu politik Universitas Indonesia ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement