REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Amanat Nasional (PAN), hampir dipastikan akan berkoalisi dengan Partai Gerindra. Bahkan, kerja sama kedua parpol tersebut diprediksi mengusung padangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Duet itu tinggal menunggu waktu dideklarasikan lantaran sudah mendapat restu Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN Amien Rais. Dukungan Amien kepada Prabowo menuai reaksi dari para aktivis hak asasi manusia (HAM). Koordinator KontraS Haris Azhar kecewa dengan sikap mantan ketua MPR tersebut.
Bahkan, ia menilai Amien tidak layak lagi disebut sebagai tokoh prodemokrasi. Pasalnya, tokoh sentral penggulingan Orde Baru itu bersikap pragmatis. "Mereka cuma mengejar kekuasaan saja. Mereka lupa pada sejarah penderitaan dalam membuka demokrasi di Indonesia," kata Haris di Jakarta, kemarin.
Belum lama ini, Amien di kediamannya di Yogya, berterus terang, lebih mendukung Prabowo Subianto ketimbang capres lainnya. Di mata dia, Prabowo lebih bisa diharapkan mengangkat harkat martabat bangsa Indonesia yang kini bermental inlander.
Wakil Setara Institute Bonar Tigor Naipospos juga menyayangkan manuver Amien yang cenderung mendukung Prabowo. Menurut dia, sebagai lokomotif reformasi pada 1998, tidak seharusnya Amien berkolaborasi dengan mantan danjen Kopassus dan panglima Kostrad itu. Hal itu lantaran Prabowo disebut-sebut bermasalah dengan persoalan HAM.
"Kalau berpolitik tanpa hati nurani semua bisa dihalalkan. Bagi Amien Rais dan PAN, yang utama adalah bagaimana meraih kekuasaan," kata Bonar.
Dia menilai, Amien sekarang bukan lagi seorang tokoh, melainkan politikus murni. Wajar bila kemudian Amien mendukung Prabowo, karena hitung-hitungannya pragmatisme politik. "Amien Rais sesungguhnya bukan penggerak reformasi, dia hanya pandai membaca arah waktu itu," katanya.