REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Penjualan genset atau mesin pembangkit listrik di Bandarlampung belakangan ini mendadak melonjak jumlahnya. Itu disebabkan seringnya terjadi pemadaman listrik di wilayah itu dan daerah lainnya di Provinsi Lampung.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pusat penjualan genset di Bandarlampung, Sabtu (10/5), warga umumnya mencari genset berdaya kecil agar harganya terjangkau dan biaya operasionalnya lebih murah.
Di kawasan Kartini Bandarlampung, kebanyakan mesin genset yang dicari warga berdaya antara 800-2500 watt, dan umumnya yang dijual adalah mesin buatan Tiongkok.
Genset buatan Tiongkok harganya jauh lebih murah dibandingkan mesin buatan Jepang, dan nama-mana genset Tiongkok itu hampir mirip dengan nama terkenal dari Jepang, seperti Honda dan Yamana.
"Saya beli genset buatan Tiongkok karena harganya jauh lebih murah, dan pemakaiannya saat aliran listrik PLN padam saja," kata Duan, yang membeli genset buatan Tiongkok berdaya 2500 watt. Ia mengaku membeli genset berkekuatan cukup besar itu, meski daya yang digunakan kecil, agar mesin gensetnya tak cepat rusak.
Beberapa pedagang menyebutkan penjualan genset tidak mengalami lonjakan, meski aliran listrik PLN makin kerap padam dengan durasi pemadaman di atas tiga jam lebih.
"Daya beli masyarakat terbatas,sehingga pembeliannya hanya naik sedikit saja," kata salah satu pedagang genset di kawasan Kartini Bandarlampung.
Sementara itu, warga Badarlampung kembali menyatakan kekecewaannya karena pemadaman listrik masih terus terulang di kota itu dan daerah lainnya di Provinsi Lampung.
Wilayah Bandarlampung masih kerap mengalami pemadaman aliran listrik seperti di kawasan Waydadi Sukarame, Bandarlampung. Warga di perkampungan umumnya menggunakan lilin sebagai alat penerangan saat listrik padam sehingga meningkatkan risiko terjadinya kebakaran.
Hanya sebagian kecil bangunan di wilayah Sukarame yang menggunakan penerangan listrik dengan mengoperasikan genset, seperti RS Imanuel, rumah makan, restoran dan warung.
Di pusat kota, penggunaan genset mulai banyak digunakan warga sehingga kondisinya tidak segelap gulita kondisi di perkampungan saat PLN melakukan pemadaman listrik.