Rabu 07 May 2014 12:08 WIB

Waspadai Predator Seks Gentayangan di Mana Saja

Pelecehan anak - ilustrasi
Pelecehan anak - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Masyarakat sebaiknya mewaspadai keberadaan predator seks yang bisa menjelma dimana saja dan menjadikan sebagai korban siapa saja, demikian kata pengamat dari Universitas Islam Riau, Syahrul Akmal Latif.

"Ada beberapa faktor penyebab kejahatan seksual terhadap anak itu menjadi 'menggila' di berbagai wilayah Tanah Air. Pertama adalah inflasi media porno yang tidak terkontrol, bahkan hingga beredar dengan mudah ke jejaringan media sosial yang kian digemari berbagai kalangan," kata Syahrul Akmal Latif di Pekanbaru, Rabu siang.

'Norton Cybercrime Report' bahkan menyatakan, pada 2013 ada sebanyak 1,5 miliar jiwa anak berbagai negara di dunia menjadi korban media sosial bahkan ada yang melakukan tindak kejahatan karenanya.

Jika harus dibagi, setiap harinya ada 1,5 juta anak di berbagai negara termasuk Indonesia menjadi korban jejaringan sosial (dunia maya) dan per detiknya itu ada 18 orang anak.

"Tahun ini bisa dimungkinkan meningkat jumlahnya karena teknologi dunia maya yang terus berkembang begitu pesat tanpa diimbangi dengan kontrol yang baik," kata dia.

Faktor lainnya, menurut dia, adalah kelalaian terhadap masa depan anak, baik itu sebagai orang tua, pendidik atau guru, serta sebagai lembaga pemerhati sosial yang kini tidak pernah peduli dengan dunia anak-anak.

Ketika "JIS" menjadi perbincangan di berbagai media, baru kemudian mereka pun berteriak menyuarakan permusuhan terhadap predator seks yang terus menggila, katanya.

Bagaimana Si Emon menggarap puluhan bocah ingusan di usianya yang tergolong produktif? "Itulah tanda predator seks begitu leluasa memangsa para korbannya," lanjut kata dia.

Hanya dengan seorang Simon, sekitar 95 bocah tak berdosa menjadi korban. "Dan mereka itu dikhawatirkan akan menjadi 'Simon-simon' masa depan," katanya lagi.

Itu seperti kisah tiga kakak beradik berumur belasan tahun di Pekanbaru yang menjadi peranakan predator. Mereka telah menelan lebih enam korban balita, lagi kata Syahrul.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement