REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pengamat hukum dari Universitas Islam Riau Syahrul Akmal Latif mengimbau pemerintah untuk mewaspadai potensi maraknya perdagangan organ manusia karena saat ini di berbagai wilayah tanah air khususnya di Riau, masih banyak anak-anak terlantar yang hidup di jalanan.
"Harus ada upaya cepat dan tepat untuk menekan jumlah anak-anak jalan yang sebenarnya juga menjadi korban eksploitasi. Ini adalah tanggung jawab pemerintah sesuai dengan amanat Undang-undang," kata Syahrul kepada Antara di Pekanbaru, Selasa.
Data Kementerian Sosial menyebutkan, pada tahun 2013 terdapat 1,4 juta jiwa anak terlantar di berbagai wilayah Indonesia.
Tahun ini, kementerian terkait bertekad untuk menekan jumlah anak jalanan hingga mencapai 80 persen.
Jika ditarik ke belakang, demikian Syahrul, banyaknya anak jalanan di berbagai pusat kota dengan cara hidup meminta-minta adalah gambaran masih tingginya jumlah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Banyak cara para anak-anak jalanan tersebut menurut dia mencari makan secara tidak wajar dan seharusnya menjadi perhatian pemerintah.
"Saya kerap melihat anak-anak masih berusia kurang dari 10 tahun berjualan koran di persimpangan lampu merah. Ini juga menjadi salah satu wujud eksploitasi terhadap anak," kata dia.
Jika kondisi demikian terus dibiarkan, kata dia, maka tidak menutup kemungkinan dengan tingginya tingkat kebutuhan masyarakat, membuat kalangan miskin melakukan hal-hal di luar batas normal.
"Salah satunya yang sempat terjadi dahulu, yakni perdagangan organ tubuh manusia. Ini harus diwaspadai dan segera ada antisipasi," katanya.