Selasa 06 May 2014 15:56 WIB

Warga Bandung Harus Tetap Waspadai Virus MERS

Rep: C69/ Red: Julkifli Marbun
Virus MERS.
Foto: Reuters
Virus MERS.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Di Bandung dilaporkan belum ada warga yang positif terjangkit virus Mers. Laporan sementara baru berupa dugaan yang terbukti negatif, yaitu di tahun 2013 ada dua orang, sedang di tahun 2014 ada tiga orang. Namun, hal itu diharapkan tidak menjadikan warga Bandung lengah.

Penduduk Bandung yang memiliki mobilitas tinggi menjadikan resiko terjangkitnya virus Mers tetap ada. Bandung menjadi kota transit bagi para pendatang, baik itu untuk berwisata, pulang pergi untuk umroh dan haji, maupun para TKW yang transit sebelum pulang ke kampung halaman. "Waspada namun jangan takut," ujar Ahyani Raksanagara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Selasa (6/5).

Corona Virus atau yang lebih dikenal dengan Virus Middle East Respiratory Syndrome (Mers) memang banyak tersebar di wilayah timur tengah. Namun, menurut Ahyani, Bandung tetap membutuhkan sosialisasi yang gencar untuk kewaspadaan bagi pencegahan dan diagnosa dini.

Menurutnya pencegahan virus tergantung pada daya tahan tubuh. Selain itu, warga dianjurkan juga untuk selalu berperilaku sehat. Saat sedang batuk dan pilek, misalnya, dianjurkan untuk selalu memakai masker. Lalu apabila bepergian ke tempat yang banyak orang berkerumun di negara-negara timur tengah, diimbau juga untuk memakai masker.

Selain itu dianjurkan agar jangan sembarangan memegang barang di tempat umum. Oleh karenanya, masyarakat kini juga harus semakin rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Menurut Ahyani cara ini terbukti ampuh menghilangkan lebih dari 80 per sen kuman di tangan.

Ia mengatakan bahwa cara penularan penyakit ini langsung dari percikan yang keluar dari mulut hidung, seperti bersin, batuk, dan meludah. Hal itu akan sangat mungkin mengenai dan terhisap oleh orang lain. "Pokoknya yang penting tingkatkan daya tahan tubuh dan gaya hidup bersih," kata Ahyani.

Sejauh ini yang dilakukan oleh pihak dinas ialah sosialisasi lewat media elektronik dan juga kepada Puskesmas. Namun, yang lebih diutamakan pihaknya adalah imbauan kepada para penyelenggara ibadah haji. Mereka nanti yang harus menyampaikan kepada para calon jemaah, baik itu cara pencegahan, maupun kewaspadaan bila ada keluhan tertentu.

Untuk vaksinasi sebelum keberangkatan sendiri, saat ini yang diwajibkan oleh pemerintah hanya vaksin meningitis untuk radang otak dan juga vaksin untuk mencegah influensa. Namun, vaksin virus itu berbeda dan bukan untuk virus corona. "Kalau memang mampu, walaupun tidak wajib, karena itu bayar sendiri ya silahkan saja dilakukan," ujar Ahyani.

Ia juga terutama mengimbau kepada kelompok rentan yang akan melakukan perjalanan ke wilayah yang saat ini tengah terjangkit virus itu. Kelompok rentan yang dimaksud misalnya balita, usia lanjut, atau kepada warga yang memang dalam keadaan sakit, karena dengan begitu tubuhnya dalam kondisi yang rentan.

Menurutnya gejala inveksi virus Mers ini seperti pada umumnya, yaitu panas, lemas, batuk, dan pilek. Selain itu masa inkubasi atau waktu penularan virus juga sama, yaitu hanya membutuhkan waktu selama tujuh hari. Namun, hal yang paling menonjol adalah sesak nafas. Dengan cepat korban akan sesak napas akut, tidak seperti flu biasanya yang masih bisa beraktivitas. "Yang paling membedakan itu dia pernah bepergian ke negara terjangkit atau pernah kontak dengan orang yang terjangkit," jelas Ahyani.

Kewaspadaan ini menjadi harus ditingkatkan, dengan keadaan Kota Bandung yang dalam kondisi cuaca tidak menentu. Cuaca semacam ini rentan dengan penularan virus yang menyerang napas dan pencernaan. Warga akan lebih rentan dengan penyakit batuk, pilek, dan mencret.

Begitu juga penularan lewat hewan, seperti nyamuk. Banyaknya genangan air membuat kewaspadaan terhadap demam berdarah dan cikungunya harus semakin ditingkatkan. "Cuaca yang seperti ini memang jadi lebih beresiko, karena daya tahan tubuh orang jadi menurun, semua diwaspadai saja," ujar Ahyani lagi.

Ia kemudian menjelaskan, penyakit ini bisa mengakibatkan kematian. Korban bisa saja sembuh, tapi bisa juga kondisinya semakin menurun. Untuk virus sendiri hingga saat ini belum ada obatnya. Jadi, untuk pencegahan memang sangat bergantung dari daya tahan tubuh seseorang, jumlah virus dan keganasan virus itu sendiri.

Sayangnya, menurut pengakuan Ahyani sendiri saat ini belum banyak masyarakat yang mengerti soal kasus persebaran virus Corona. Selain karena kasusnya sendiri masih jarang, sosialisasi terhadap masyarakat ia nilai juga masih kurang. Selain itu, masyarakat juga masih menganggap penyakit ini seperti flu biasa. "Intinya lindungi diri sendiri, bukannya takut atau panik, karena sampai sekarang belum ada travell warning," sarannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement