REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara DPP Partai Hanura RJ Suhandoyo menilai ketua DPP Yuddy Chrisnandi seharusnya tidak gegabah. Ia pun menyayangkan, Yuddy yang menyalahkan ketua badan pemenangan pemilu Hary Tanoesoedibjo atas kegagalan dalam pileg 2014.
"Sebagai politikus kawakan, handal dan kaya dengan pengalaman di organisasi politik, (Yuddy) seharusnya tidak gegabah mengambil sikap menvonis kesalahan pada teman politik seperjuangan yang ingin membesarkan partai seperti Pak Hary Tanoesoebidjo," kata Suhandoyo, Senin (5/5).
Mantan kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung itu menilai, Yuddy telah kebablasan dalam memberikan komentar. Khususnya tentang belum berhasilnya Hanura mencapai target perolehan suara pada pileg 2014.
Ia mengemukakan, pendapat yang dapat membangun budaya perpecahan seharusnya dihindari demi mencapai cit-cita yang selama ini didambakan. Yaitu menjadi partai maju dan besar.
"Saran dan kritik tajam pada sebuah kebijakan akan lebih tepat bila disalurkan lewat forum resmi dalam kegiatan rapim atau rapat badan pengurus harian. Sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Suhandoyo menuturkan, sebagai jajaran pengurus yang sangat dekat dengan pimpinan teratas partai, Yuddy seharusnya mampu menerjemahkan dan mengaplikasikan kebijakan pimpinan.
"Dengan memberikan dukungan sepenuh hati, bukan melakukan perlawanan secara terselubung," katanya.
Menurutnya, dampak perilaku yang setengah hati dalam memberikan dukungan pada kebijakan pimpinan itu yang merupakan salah satu penyebab kegagalan perjuangan partai.
Suhandoyo mengatakan perjuangan menatap masa depan masih panjang. Sehingga seluruh pengurus dan kader partai diharapkan tetap menjaga persatuan dan kesatuan.
Pengurus dan kader partai diharapkan bisa terus membangun budaya keterbukaan, kebersamaan dan kerterpaduan. Khususnya dalam menyikapi informasi, pendapat, atau kritik yang belum teruji kebenarannya
"Bagi yang terusik dengan kebijakan partai atau kebijakan pimpinan partai pilihan baiknya merenung sekaligus introspeksi diri. Apakah selama ini sudah memberikan setiap nafas dan langkah demi membesarkan partai. Atau ingin mendapatkan jabatan atau kekuasaan untuk menggaruk keuntungan. Bila ini yang ingin dicapai lebih ksatria kalau memilih mundur," tegasnya.
Ia menambahkan, masalah internal partai tak sepantasnya dibicarakan dengan cara emosional dan terbuka melalui media cetak dan elektronik. "Karena dikhawatirkan akan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu yang ingin merusak citra partai," katanya.