Jumat 25 Apr 2014 08:12 WIB

Kasus ABH Marak di Kaltim

Pengadilan
Pengadilan

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) belakangan marak terjadi di Provinsi Kalimantan Timur seperti selama tahun 2013 tercatat 128 kasus ABH.

Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Yakub Ukung, Jumat menyayangkan hal tersebut yang menjadikan setiap anak tidak bersalah, baik dari segi hukum, sosial dan secara formalitas.

Usia 16-17 tahun merupakan masa-masa pembentukan karakter dan jati diri. Dalam masa-masa tersebut diharapkan agar anak tak lepas dari bimbingan serta pengawasan, baik di sekolah, terlebih dari orang tua, katanya.

"Tindakan negatif seorang anak bisa saja dikarenakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terkendali. Oleh karenanya peran aktif sekolah, orang tua, masyarakat, dan aparat hukum sangat dibutuhkan untuk saling mengontrol tindakan mereka agar tidak tertuju ke jalan yang salah," kata Yakub di Samarinda, Jumat.

Kegagalan anak merupakan buah kegagalan dari orang tua dan aparat hukum yang juga gagal untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang terjadi pada anak, katanya.

Sebaiknya anak jangan di hukum. Melainkan ditolong. Dalam hal ini, apabila ada seorang anak yang tertangkap, hal tersebut juga menunjukkan kegagalan aparat hukum dalam melindungi dan mengawasi seorang anak, kata Yakub.

Dia menyarankan kepada seluruh orang tua untuk tidak mengatakan jangan kepada mereka. Dan mengharapkan agar semua orang tua dapat menjadi bagian dari seorang anak dan mengerti apa kebutuhan dari seorang anak tersebut.

"Serta yang terpenting ialah berikanlah sentuhan kasih sayang, karena hanya kasih sayanglah yang mampu mendidik anak ke arah yang positif," kata Yakub.

Yakub menyadari bahwa tidak semua orang tua memiliki keterampilan untuk mendidik anak secara sempurna. Mungkin ada yang tidak mengerti cara mendidik anak dikarenakan berbagai faktor.

Tetapi sangat disayangkan bahwa tidak hanya orang tua yang kurang dalam segi finansial saja yang gagal mendidik anaknya. Orang tua yang dapat dikatakan mampu pun tidak sedikit yang gagal dalam mendidik anaknya.

Karena mereka hanya memenuhi kebutuhan anak secara materiil. Padahal dari sisi psikologilah yang lebih penting untuk dipenuhi, kata Yakub.

"Jika terjadi tindakan yang salah, baiknya harus mencari tahu penyebabnya dan cara untuk mengantisipasi kegagalan anak tersebut harus digalakkan sejak dini. Karena merekalah penentu masa depan bangsa ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement