Jumat 25 Apr 2014 01:33 WIB

Politisi Golkar Tolak Akui BAP Perkara Akil Mochtar

Rep: Bambang Noroyono / Red: Mansyur Faqih
Idrus Marham
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Idrus Marham

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Partai Golkar Idrus Marham menolak keterangan berita acara pemeriksaan (BAP) KPK. Yaitu terkait adanya permintaan sejumlah uang dari Ketua DPP I Golkar di Jawa Timur, Zainuddin Amali untuk diberikan kepada Ketua MK Akil Mochtar. 

Penolakan tersebut diungkapkan Idrus saat menjadi saksi dalam persidangan lanjutan, perkara suap MK atas terdakwa Akil. "Keterangan saya di sini (saat di persidangan) adalah yang sebenarnya," kata Idrus, di PN Tipikor, Jakarta, Kamis (24/4). 

Menurut dia, perjumpaannya dengan Zainuddin di ruang fraksi Golkar di DPR bukan membicarakan tentang proses sengketa perolehan suara pilkada Jatim di MK.

Pernyataan Idrus, berawal dari pertanyaan jaksa soal adanya percakapan antara Idrus, Zainuddin, serta Bendahara Umum Golkar, Setya Novanto. Yaitu setelah adanya kepastian kemenangan pasangan Soekarwo dan Saifullah Yusuf dalam pilgub Jatim 2013.

Pertanyaan jaksa pun sebenarnya mengacu pada BAP yang disusun penyidik KPK. BAP tersebut disusun setelah penyidik menanyakan hal serupa kepada Idrus, Zainuddin, dan Setya ketika disidik. 

Di dalam BAP, diungkapkan oleh jaksa ketika bersidang, adanya semacam laporan dari Zainuddin ke Idrus dan Setya. Laporan itu tentang permintaan sejumlah uang dari Akil untuk tetap memenangkan Soekarwo dan Saifullah Yusuf. 

Permintaan itu dilakukan lewat pesan singkat Akil via ponsel ke Zainuddin. Pembicaraan itu pun didengarkan oleh Wakil Bendahara Umum Golkar Bambang Soesatyo. Idrus mengakui, adanya pertemuan di kompleks parlemen tersebut.

Namun, kata dia, ungkapan Zainuddin ketika itu, tidak mengatakan adanya permintaan uang dari Akil. "Tidak, tidak ada. (Zainuddin) hanya bilang, 'Jawa Timur gawat'. Tidak ada permintaan apa pun," terang Idrus. 

Idrus pun meyakinkan, keterangannya dalam BAP tentang adanya permintaan uang Rp 10 miliar dari Akil tersebut adalah salah.

Dalam persidangan serupa, Setya menguatkan pengakuan rekan politiknya itu. Dikatakan Setya, pembicaraan ketika makan siang dengan Idrus dan Zainuddin waktu itu hanya membicarakan soal kemenangan Golkar dalam pilgub Jatim. "Tidak ada pembicaraan tentang permintaan uang," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement