REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 10 ribu guru honorer dari sejumlah kawasan di Indonesia pertama kalinya akan bergabung dengan kaum buruh untuk turun ke jalan dalam rangka unjuk rasa memperingati hari buruh internasional (May Day) pada 1 Mei 2014.
"Kami memang sering unjuk rasa untuk perbaikan nasib para guru honorer. Namun untuk kali ini adalah pertama kalinya para guru honorer bergabung dengan buruh untuk turun ke jalan," kata Kepala Biro Hukum Front Honor (FHJ) Jakarta, Kamis (24/4).
Menurut dia, jumlah guru honorer yang belum diangkat pemerintah menjadi pegawai negeri sipil sangat banyak. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada nasib yang jelas mengenai kelanjutan pengangkatan mereka.
"Berdasarkan hasil tes umum yang dilakukan, banyak guru honorer yang nasibnya masih belum jelas. Honor mereka pun masih terbilang memprihatinkan," katanya.
Gaji para honorer tersebut, kata Sucipto, berkisar pada Rp 300 ribu per bulan sehingga sangat sulit untuk membiayai kehidupan sehari-hari mereka, terutama yang sudah berkeluarga.
"Kami prihatin banyak guru honorer yang hidupnya sulit. Padahal, pengabdian mereka sudah lama terlebih ada yang sekitar 9-29 tahun mengajar tapi belum juga diangkat menjadi PNS," katanya.
Sementara itu, Udunovi Rivawati yang menjadi guru honorer selama 10 tahun mengaku kecewa belum segera diangkat menjadi PNS. "Saya sudah cukup lama menjadi honorer tetapi belum juga diangkat menjadi PNS," kata guru honorer dari SDN Kelapa Gading Timur 03 Pagi, Jakarta Utara itu.