Selasa 22 Apr 2014 18:49 WIB

Soal Krisis Ekonomi 1997, Prabowo: Itu Bohong

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Mansyur Faqih
Prabowo Subianto
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto mencoba meluruskan fakta perekonomian Indonesia. Dia menuding, ada pihak tertentu yang merampok kekayaan Indonesia. Yang membuatnya miris, perampokan dilakukan besar-besaran sejak pascareformasi. 

"Data ekonomi yang saya baca, mulai tahun 1997, 1998, 1999, sampai 2011, bangsa Indonesia mengalami surplus dalam devisa. Kalau tahun 1998, ada krisis moneter, itu bohong, kalau 1997 itu ada krisis ekonomi, itu adalah bohong," kata Prabowo saat audiensi dengan Ketua DPP Pepabri Jenderal (Purn) Agum Gumelar di Menteng, Jakarta, Selasa (22/4).

Menurut dia, Indonesia sebenarnya tidak mengalami krisis moneter. Dia punya bukti terkait peredaran uang. Hasil kajiannya yang sudah dibukukan itu juga tidak ada yang membantahnya. 

"Yang terjadi bukan krisis ekonomi, tapi perang ekonomi. Mata uang dan ekonomi kita dirusak. Mata uang kita jatuh 5 ribu persen. Saya buktikan apa yang terjadi, perusakan ekonomi oleh siapa? Itu bisa kita bahas. Dari situ kekayaan bangsa Indonesia tidak tinggal di Indonesia," beber mantan komandan jenderal Kopassus itu.

Untuk membuktikan betapa kekayaan Indonesia dibawa ke luar negeri adalah ditinjau dari neraca keuangan tahunan. Sesuai catatannya yang dimulai 1997 hingga 2011, ekspor Indonesia selalu lebih besar daripada impor. Hal itu harusnya berkorelasi dengan naiknya jumlah devisa negeri ini.

"Kekayaan bangsa tidak tinggal di Indonesia. Devisi kita tiap tahun untung 25 miliar dolar AS sejak 1997, hitungan hingga 2011 sebanyak 375 miliar dolar AS. Tetapi, dalam catatan Bank Indonesia hanya ada 103 miliar dolar, berarti sekitar 270 miliar dolar hilang. Ke mana?" 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement